ads

Dikira Maag Ternyata Kanker Hati, Mengapa HCC Sering Terlambat Dideteksi? Yuk, Kenali Gejala dan Pengobatannya

Novita Sari - Jumat, 24 Oktober 2025
Ki-ka: Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM., Dr. Feddy, dan Inge Samadi saat edukasi Kenali dan Pahami Kanker Hati Tipe HCC, Kamis (23/10/2025) di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Foto: Novi
Ki-ka: Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM., Dr. Feddy, dan Inge Samadi saat edukasi Kenali dan Pahami Kanker Hati Tipe HCC, Kamis (23/10/2025) di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Foto: Novi
A A A

Usianya baru menginjak 30 tahun. Sebut saja namanya Bima. Di usia yang seharusnya penuh semangat membangun karier dan keluarga, Bima justru harus bergulat dengan rasa sakit yang akrab di perutnya.

Sudah hampir lima tahun, setiap kali Bima telat makan, atau stres karena pekerjaan, perutnya pasti bereaksi. Sensasinya selalu sama: nyeri perih di ulu hati, mual, kadang sampai begah dan kembung. "Ah, ini sih cuma maag biasa," selalu begitu pikir Bima.

Di lemari obatnya, selalu tersedia antasida dan obat pereda asam lambung. Setiap kali sakitnya kambuh, ia minum obat itu. Sakitnya mereda, dan Bima merasa aman. Begitu terus berulang.

Ia tak pernah benar-benar merasa perlu ke dokter spesialis. Alasannya klise: "Sibuk," "Pasti cuma disuruh jaga pola makan," atau "Semua orang juga punya maag."

Lima tahun berlalu. Bima sudah terbiasa hidup berdampingan dengan ‘maag’ kronisnya. Namun, belakangan, ada yang berbeda. Rasa sakit itu mulai memberontak.

Nyeri perutnya kini tidak hanya muncul saat telat makan, tapi terasa terus-menerus dan lebih intens, menetap di bagian kanan atas, persis di bawah tulang rusuk.

Ia mulai merasa sangat cepat lelah, padahal tidak melakukan aktivitas berat. Berat badannya turun drastis tanpa sebab yang jelas. Sampai suatu pagi, saat Bima melihat bayangan dirinya di cermin, ia terkejut. Kulitnya, bahkan bagian putih matanya, terlihat agak kekuningan.

Panik. Itu bukan lagi maag.

Istri Bima akhirnya memaksa Bima untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Di rumah sakit, serangkaian tes dilakukan: tes fungsi hati, marker tumor (AFP), hingga USG dan CT scan abdomen.

Sore itu, di ruangan dokter spesialis, Bima menerima vonis yang menghancurkan.

"Bapak Bima... Nyeri yang Bapak rasakan di perut kanan atas selama ini, yang Bapak kira maag kronis, ternyata adalah Kanker Hati Tipe Hepatocellular Carcinoma (HCC)," kata dokter dengan nada hati-hati.

Air mata Bima jatuh. Ia tak bisa berkata-kata.

Dokter menjelaskan bahwa benjolan di hati Bima, yang diduga berkembang dari infeksi Hepatitis B yang tidak pernah ia ketahui (ia tak pernah check-up), kini sudah mencapai stadium menengah-lanjut. Nyeri yang ia rasakan belakangan ini adalah teriakan organ hatinya yang sudah rusak.

"Jika lima tahun lalu, saat nyeri perut itu pertama kali muncul, Bapak langsung melakukan USG sederhana dan tes Hepatitis, mungkin kita bisa mendeteksinya di stadium sangat awal. Peluang sembuh total mencapai 90 persen lebih," lanjut dokter dengan nada menyesal.

Ya, kanker hati bukan lagi sekadar nama penyakit, melainkan tantangan serius yang mengintai kesehatan masyarakat Indonesia. Jenis yang paling umum dan mematikan adalah Hepatocellular Carcinoma (HCC). Sayangnya, banyak pasien baru menyadari kondisinya ketika penyakit sudah berada di tahap lanjut.

Bertepatan dengan Bulan Kesadaran Kanker Hati pada bulan Oktober, kegiatan edukatif seperti “Cancer Talk: Understanding Hepatocellular Carcinoma” yang diselenggarakan oleh AstraZeneca Indonesia dan Siloam Hospitals Kebon Jeruk pada Kamis (23/10/2025) di Jakarta, menjadi langkah penting untuk meningkatkan kesadaran publik.

Tantangan Serius Kanker Hati di Indonesia

Menurut data GLOBOCAN 2022, kanker hati adalah penyebab kematian akibat kanker tertinggi ketiga di dunia. Di Indonesia, angkanya bahkan menempati peringkat kedua setelah kanker paru, dengan lebih dari 23.800 kasus baru setiap tahunnya dan tingkat kematian yang sangat tinggi.

Fakta Menyeramkan:

  • Angka kelangsungan hidup lima tahun pasien HCC di Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 1,7%.
  • Rata-rata harapan hidup (median survival) pasien kanker hati yang didiagnosis lanjut hanya sekitar 19 bulan.

Mengapa ini terjadi? Tantangan terbesarnya adalah rendahnya kesadaran deteksi dini dan tingginya angka infeksi Hepatitis B dan C yang belum terdiagnosis. Mengenai hal ini, Inge Samadi, Executive Director Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat, menyampaikan, "Banyak pasien datang dalam kondisi sudah lanjut karena gejala awal yang tidak disadari. Melalui Cancer Talk ini, kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai apa itu kanker hati, siapa yang berisiko, serta gejala yang perlu diwaspadai.”

Hepatocellular Carcinoma (HCC) adalah jenis kanker hati primer yang paling sering ditemukan, mencakup sekitar 85–90% dari seluruh kasus. Hati adalah organ vital yang berfungsi sebagai pabrik metabolisme, detoksifikasi, dan penyimpanan energi tubuh.

Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, spesialis Penyakit Dalam Sub Spesialis Hematologi Onkologi Medik, menjelaskan peran vital hati, "Hati merupakan organ vital yang berperan dalam metabolisme, detoksifikasi, dan penyimpanan energi tubuh. Ketika fungsi hati terganggu akibat kanker, dampaknya bisa sangat luas—mulai dari penurunan daya tahan tubuh hingga gangguan sistem metabolik yang mengancam nyawa. Karena gejalanya sering tidak terasa di awal, deteksi dini menjadi sangat penting.”

Faktor Risiko Utama yang Wajib Diwaspadai:

  • Infeksi Kronis Hepatitis B dan C: Pemicu utama di Asia.
  • Sirosis Hati: Kerusakan hati kronis.
  • Perlemakan Hati (Fatty Liver): Erat kaitannya dengan obesitas dan Diabetes Melitus.
  • Konsumsi Alkohol Berlebihan.

Deteksi Dini: Kunci Lawan Kanker Hati!

dr. Jeffry kembali menekankan, semakin awal kanker dideteksi, semakin tinggi peluang kesembuhan!

“Karena itu, menjaga kesehatan hati bukan hanya penting, tapi krusial. Ketika hati terus-menerus terluka, jaringan parut terbentuk dan bisa berkembang menjadi kanker. Karena gejalanya sering tidak terasa di awal, deteksi dini menjadi sangat penting. Selain itu, pemilihan terapi yang sesuai dengan kondisi pasien sangatlah penting, seperti apakah ada komorbiditas, risiko perdarahan, atau hal-hal lain yang memengaruhi kemampuan tubuh pasien mentoleransi dan berespons terhadap obat,” urai dr. Jeffry.

Dalam praktik klinis, HCC diklasifikasikan ke dalam tiga stadium utama, yaitu:

  • Stadium awal dimana tidak ada gejala sehingga kanker sangat sulit dideteksi padahal tingkat kelangsungan hidup dalam lima tahun mencapai lebih dari 93%. Terapi utama yang dapat dilakukan adalah operasi dan transplantasi hati.
  • Stadium menengah dimana 30% penderita kanker hati terdiagnosa, kanker sudah menyebar namun masih dapat dikendalikan. Terapi utama dapat dilakukan embolisasi, ablasi dan radioterapi.
  • Stadium yang tidak dapat dioperasi ini lebih beragam, baik dari stadium awal hingga lanjut. Terapi sistemik menjadi jalan satu satunya untuk stadium ini. Terapi sistemik seperti imunoterapi kombinasi menjadi pilihan utama.

Penting untuk diketahui bahwa hanya sekitar 20–30% pasien HCC yang memenuhi syarat untuk tindakan operasi (resectable), karena keterbatasan fungsi hati, lokasi tumor, atau kondisi medis lainnya. Hal ini menjadikan terapi sistemik sebagai pilihan utama bagi pasien dengan uHCC (unresectable HCC), yaitu jenis kanker hati yang tidak dapat dioperasi.

“Pemberian imunoterapi dapat memberikan harapan baru bagi pasien HCC yang tidak dapat dioperasi,” tambah dr. Jeffry, merujuk pada pendekatan imunoterapi yang kini menjadi standar baru dalam pengobatan uHCC. 

Kemajuan ilmu pengetahuan telah membuka jalan bagi terapi yang lebih efektif bagi pasien dengan kanker hati stadium lanjut (unresectable HCC/uHCC). Dimulai dengan adanya kombinasi imunoterapi dengan terapi target yang menunjukkan peningkatan angka kesintasan. Kemudian, dilanjutkan studi global menunjukkan bahwa kombinasi imunoterapi memberikan peningkatan signifikan pada angka kelangsungan hidup pasien. 

Dalam salah satu studi yang mengkombinasikan dua imunoterapi yang memiliki cara kerja berbeda, misalnya, satu dari lima pasien yang menerima terapi kombinasi ini masih bertahan hidup hingga tahun kelima setelah pengobatan, menjadikannya salah satu terobosan terbesar dalam tata laksana HCC secara global.

Sejalan dengan bukti ilmiah tersebut, panduan klinis internasional seperti NCCN, EASL, dan PAN-ESMO kini merekomendasikan pendekatan multidisipliner dan penggunaan kombinasi imunoterapi sebagai terapi lini pertama bagi pasien dengan kanker hati stadium lanjut (uHCC).

Tips Praktis: Jaga Hati, Jauhi Risiko HCC!

Penerapan gaya hidup sehat, pola makan seimbang, menjaga berat badan ideal, serta vaksinasi Hepatitis B menjadi poin penting sebagai langkah nyata mencegah risiko kanker hati di masa depan. 

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Langkah-langkah ini sangat penting untuk menekan risiko HCC:

  • Vaksinasi Hepatitis B: Lindungi diri Anda.
  • Gaya Hidup Sehat: Terapkan pola makan seimbang, jaga berat badan ideal, dan hindari obesitas.
  • Kontrol Penyakit Penyerta: Kelola Diabetes Melitus dan kondisi Perlemakan Hati dengan baik.
  • Pemeriksaan Rutin: Lakukan pemeriksaan fungsi hati secara berkala, terutama jika Anda memiliki faktor risiko Hepatitis B/C.

"Sejalan dengan semangat What Science Can Do, kami terus menghadirkan edukasi publik dan inovasi ilmiah yang memberikan harapan baru bagi pasien kanker hati di Indonesia, terutama bagi mereka yang sebelumnya memiliki pilihan pengobatan terbatas," ujar Dr. Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia. “Sinergi lintas sektor antara tenaga medis, pembuat kebijakan, dan Masyarakat, menjadi kunci untuk memastikan pasien mendapatkan terapi yang tepat, di waktu yang tepat,” ucapnya.

Dengan deteksi dini, penanganan intervensi yang tepat, dan penggunaan obat inovatif, kanker diharapkan tidak lagi menjadi penyebab utama kematian. Mari bersama-sama lawan Kanker Hati!

Kids Zone
Zona di mana buah hati Anda dapat menikmati kisah-kisah seru dalam bentuk cerita dan komik, mengeksplorasi artikel pengetahuan yang menyenangkan, serta permainan yang menarik untuk mengasah pemikiran buah hati.
Masuk Kids Zone
Latest Update
Selengkapnya
img
Polidaktili dan Tantangan Motorik Anak: Dampaknya pada Kebiasaan Menyikat Gigi
img
1 dari 3 Perempuan Berusia 50 Tahun Ke Atas Mengalami Patah Tulang Akibat Osteoporosis
img
Dikira Maag Ternyata Kanker Hati, Mengapa HCC Sering Terlambat Dideteksi? Yuk, Kenali Gejala dan Pengobatannya
img
Waspada, Moms! Ternyata, Bayi juga Bisa Kena Stroke. Ini Tanda-Tandanya!