Ketika Anak Kejang: Tetap Tenang, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua!
Kejang pada anak sering muncul tanpa diduga dan bisa membuat orang tua panik. Namun, banyak kasus kejang dapat diatasi dengan baik jika orang tua memahami langkah pertolongan pertama.
Menurut dr. Rizky Amrullah Nasution, Sp.A, kejang adalah kondisi yang sangat umum terjadi pada anak, terutama bayi dan balita. “Sebenarnya kejang bisa terjadi di semua umur ya, dari mulai bayi yang baru lahir sampai anak-anak usia 8–9 tahun pun masih bisa terjadi,” jelasnya saat ditemui dalam sesi Health Talk bertajuk “Pediatric Emergency: What Every Parent Must Know” di Brawijaya Hospital Taman Mini, Jakarta Timur, Selasa (28/10).
Kejang terjadi ketika otak mengirimkan impuls listrik secara berlebihan, sehingga tubuh bergerak tanpa kontrol. “Semua organ yang bergerak dikendalikan oleh otak. Saat kejang, sinyal listrik di otak meningkat tajam, membuat tubuh bereaksi tanpa kendali,” tambah Dokter Spesialis Anak yang berfokus pada Kegawatdaruratan Anak ini.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bentuk kejang tidak selalu sama. “Yang paling sering, seperti yang biasa kita lihat, yaitu kejang dengan gerakan kelojotan di kedua sisi tubuh. Ada juga kejang yang bentuknya kaku, bisa kaku lurus, bisa kaku melengkung. Bahkan ada kejang yang bentuknya seperti “bengong” saja, tanpa gerakan jelas. Semua itu tetap tergolong kejang, hanya bentuknya berbeda,” jelasnya.
Kejang Demam dan Faktor Genetik
Salah satu bentuk kejang yang paling sering terjadi adalah kejang demam, yakni kejang yang muncul saat suhu tubuh anak meningkat cepat. “Sekitar 80 persen anak yang mengalami kejang demam memiliki orang tua yang dulu juga pernah kejang waktu kecil,” kata dr. Rizky.
Artinya, ada faktor genetik yang menurun dari orang tua ke anak. Jika salah satu orang tua punya riwayat kejang maka harus lebih waspada karena anaknya juga memiliki risiko tinggi alami hal serupa.
Untuk pencegahan, dokter menyarankan agar orang tua tidak menunggu suhu tubuh terlalu tinggi. “Begitu suhu tubuh mulai naik misalnya 38–38,5°C, segera berikan obat penurun panas. Jangan tunggu anak menggigil atau tampak lesu,” tegas dr. Rizky.

Pertolongan Pertama Saat Anak Kejang
Bagi banyak orang tua, kejang anak adalah mimpi buruk. Tapi menurut dr. Rizky, yang paling penting justru tetap tenang. “Kalau panik, kita tidak bisa berpikir jernih,” ujarnya.
Berikut langkah-langkah pertolongan pertama yang wajib diingat:
- Jangan panik. Tarik napas dalam-dalam, lalu fokus pada langkah penyelamatan.
- Pindahkan anak ke tempat aman dan datar, misalnya lantai dengan alas karpet atau selimut agar lebih nyaman dan aman dari benda tajam di sekitarnya.
- Longgarkan pakaian, terutama di bagian leher dan dada agar napas tidak terhambat. “Karena saat kejang, anak seperti menahan napas. Jadi, misalnya pakai kemeja, buka kancing kemejanya,” saran dr. Rizky.
- Miringkan tubuh anak ke satu sisi (kanan atau kiri) supaya air liur dan lendir mengalir sendiri keluar, tidak masuk ke saluran napas.
- Panggil bantuan sambil observasi (perhatikan) durasi kejang. Jika lebih dari 3 menit, segera bawa anak ke IGD. “Umumnya kalau kejangnya di bawah 3 menit relatif tidak berbahaya, tapi waspada kalau kejangnya lebih dari 3 menit akan lebih berisiko untuk ke depannya. Takutnya sel otak ada yang mati dan sel otak itu tidak bisa beregenerasi, jadi takutnya akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak,” imbuh dr. Rizky.
- Jangan masukkan apa pun ke mulut anak! Tidak sendok, jari, atau kain, karena bisa melukai atau membuat tersedak. “Karena kalau kita masukkan barang ke dalam mulut, misalnya sendok, nanti sendoknya patah, terus ketelan misalnya, maka akan muncul masalah baru lagi. Kalau kita masukkan jari kita, nanti bisa kegigit dan berdarah, rentan infeksi juga,” dr. Rizky mencontohkan.
Jika anak sudah memiliki resep obat anti-kejang dari dokter (biasanya diberikan lewat dubur), obat itu boleh diberikan jika kejang berlangsung lebih dari 3 menit. “Kalau baru pertama kali kejang, jangan tunda. Segera bawa ke IGD (instalasi gawat darurat),” saran dr. Rizky. Selama perjalanan ke rumah sakit terdekat, pastikan posisi anak miring dengan kepala sedikit tengadah agar saluran napas tetap terbuka.
Pentingnya Rumah Sakit dengan Layanan Gawat Darurat
Tak lupa dr. Rizky berpesan kepada para orang tua. “Jangan pernah menyelepelekan gejala apapun pada anak, apalagi yang berhubungan dengan napas, kesadaran, atau kejang. Lebih baik periksa daripada terlambat dan menyesal. Dan sebisa mungkin, semua orang tua belajar dasar pertolongan pertama pada anak, karena waktu sering kali jadi faktor penentu antara hidup dan kehilangan,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya memilih rumah sakit dengan layanan gawat darurat anak (Pediatric Emergency). “Di beberapa kota besar seperti Jakarta, ada Brawijaya Hospital yang memiliki Trauma Center yang menangani kegawatdaruratan. Fasilitas seperti ini penting karena sistemnya sudah siap untuk kasus emergency, dari triase sampai resusitasi,” jelasnya. Ia menambahkan, “Kadang bukan penyakitnya yang membahayakan, tapi keterlambatan penanganan karena datang ke tempat yang tidak siap.”
Dengan bekal pengetahuan yang tepat dan kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat, setiap orang tua bisa menjadi penyelamat pertama bagi buah hatinya.