Mencegah Stunting dari Hulu: Parenthood Institute Perkuat Literasi Kesehatan untuk Orang Tua
Masalah stunting hingga saat ini masih menjadi tantangan besar nasional. Bicara soal pencegahan stunting nih Moms, umumnya orang tua langsung membayangkan soal gizi dan MPASI saja. Faktanya, para ahli menegaskan bahwa stunting tidak hanya terjadi karena kekurangan nutrisi, tetapi juga dipicu oleh infeksi berulang, kurangnya stimulasi, ketidaktepatan vaksinasi, hingga rendahnya literasi kesehatan orang tua. Nah, di tengah tantangan ini, ekosistem kolaboratif seperti Parenthood Institute 2025 kembali hadir sebagah wadah edukasi parenting berbasis teknologi untuk memperkaya pengetahuan orang tua dalam mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Program tahunan yang diinisiasi oleh PrimaKu, ekosistem parenting digital di Indonesia ini akan berlangsung mulai 19 November hingga 18 Desember 2025. Mengusung tema “Akses Belajar Tanpa Batas untuk Parenting Berkualitas,” program ini mengajak orang tua untuk belajar melalui artikel, video pendek (Kultum), hingga SuperClass, kelas eksklusif berbayar bersama dokter spesialis anak dan pakar di bidangnya.
Tahun ini, dua pakar ahli yakni Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.) dan Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A, Subsp. I.P.T., M.Trop.Paed., bergabung di SuperClass melengkapi 10 kelas lainnya yang membahas tumbuh kembang, nutrisi, dan vaksinasi anak secara komprehensif. Para peserta juga diajak mengumpulkan poin dari berbagai aktivitas belajar dan berkesempatan memenangkan total hadiah senilai Rp20 juta.
“Parenthood Institute bukan sekadar ajang belajar, tetapi menjadi ruang interaktif bagi orang tua untuk tumbuh bersama. Dengan dukungan teknologi dan sistem reward, kami ingin menjadikan edukasi parenting lebih seru, praktis, dan berdampak. Kita secara terbuka mengundang orang tua untuk diskusi dua arah, ada edukasi dari dokter dan para ahli terkait, dan orang tua juga bisa menyampaikan apa yang menjadi kebingungannya. Program ini diadakan untuk memastikan edukasi parenting yang tepat, tervalidasi, relevan, dan bisa kita sebarluaskan untuk siapapun, di manapun, dan kapanpun,” ungkap M. Aditriya Indraputra, CFA yang akrab disapa Didit, selaku CEO PrimaKu saat ditemui dalam acara konferensi pers Parenthood Institute 2025 bertajuk “Kolaborasi Lintas Sektor untuk Cegah Stunting dan Dukung Tumbuh Kembang Anak Indonesia” di Menara Mandiri, Jakarta (18/11).
Didit menyebutkan, mereka melakukan pendekatan ekosistem yang menyeluruh mencakup orang tua, tenaga medis, kader, dan klinik. Selama setahun terakhir, pendekatan ekosistem ini menunjukkan hasil ilmiah yang signifikan, dibuktikan oleh studi observasional tahun 2025 yang dilakukan dr. Endy Widya Putranto, Ph.D, M.Med.Sc., Sp.A dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada. “Penelitian menemukan bahwa pengguna aplikasi memiliki tingkat kelengkapan imunisasi 2,5 kali lebih tinggi dan jadwal imunisasi yang 3,2 kali lebih tepat waktu dibanding non-pengguna,” ujar Didit. Penelitian ini menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi mampu menggerakkan kebiasaan kesehatan preventif —salah satu kunci penting dalam menurunkan risiko stunting.
Bicara tentang imunisasi atau vaksinasi, dr. Yuni Astria, Sp.A, salah satu dokter spesialis anak yang juga mengisi Kelas Vaksin di SuperClass menekankan bahwa tumbuh kembang anak tidak bisa dilepaskan dari prinsip asih, asah, dan asuh. “Vaksinasi adalah bagian dari asuh, karena melindungi anak dari infeksi berat yang berulang. Jika anak sering sakit maka pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Inilah mengapa vaksinasi sangat penting untuk mencegah stunting, bukan hanya untuk mencegah penyakit saja,” terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa stunting dipengaruhi banyak faktor seperti: bayi kelahiran IUGR (Intrauterine Growth Restriction) atau bayi berat lahir rendah, infeksi atau sakit berulang, asupan gizi anak tidak lengkap dan seimbang, juga kurangnya tidur dan aktivitas fisik pada anak. Tak hanya itu, kondisi gizi ibu sejak sebelum hamil dan vaksinasi ibu, juga sangat berperan terhadap kejadian stunting. “Jadi sebelum hamil sebaiknya juga sudah lengkap vaksinasinya, salah satunya vaksin TT (tetanus toxoid) dan MMR untuk melindungi janin dari infeksi yang dapat menghambat tumbuh kembangnya, misalnya penyakit rubella kongenital, ” ujar dr. Yuni.
Untuk itu, dr. Yuni mengingatkan calon ibu di manapun berada atau wanita usia reproduksi yang sedang berada pada masa aktif dan berencana hamil untuk menjaga asupan gizinya. “Asupan tersebut harus lengkap, seimbang, dan adekuat, mencakup komponen makronutrien maupun mikronutrien. Mikronutrien meliputi vitamin dan mineral yang juga berperan penting. Selain itu, sebelum kehamilan, upayakan status gizi sudah optimal agar kehamilan dapat berjalan dengan baik,” terang dr. Yuni.
Melalui Parenthood Institute 2025, ia berharap para orang tua semakin paham akan hal ini. “Di SuperClass, kami membantu orang tua memahami setiap tahapan tumbuh kembang anak dengan cara yang lebih praktis dan berbasis ilmu kedokteran anak terkini. Program ini menjadi bentuk nyata dukungan kami terhadap upaya pencegahan stunting yang tidak hanya menyoroti aspek gizi, tetapi juga mencakup stimulasi, vaksinasi, dan pola asuh melalui 12 kelas yang tersedia,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris II Pengurus Pusat IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dr. Ade Djanwari Pasaribu, Sp.A, menegaskan bahwa peningkatan literasi kesehatan anak merupakan bagian penting dari misi IDAI. “Program seperti Parenthood Institute sejalan dengan upaya kami dalam memperluas edukasi berbasis bukti ilmiah kepada masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik, orang tua dapat berperan aktif mendukung tumbuh kembang anak dan turut berkontribusi dalam pencegahan stunting di Indonesia,” katanya.
Di era digital, akses informasi begitu mudah diakses masyarakat termasuk orang tua, namun informasi yang diterima adakalanya tidak selalu tepat. Rumor atau hoaks soal vaksin, MPASI, hingga pola asuh masih beredar luas, bahkan dari figur kesehatan di media sosial. “Salah satu tugas Parenthood Institute adalah memastikan masyarakat menerima informasi yang benar. Kolaborasi dengan IDAI menjadi penting agar edukasi yang disampaikan bersumber dari ilmu kedokteran anak yang valid,” jelas Didit.
Ia mengatakan bahwa tahun 2025 ini mereka memperkuat kolaborasi lintas sektor mencakup kerja sama dengan tenaga kesehatan dan dokter anak, integrasi klinik dan praktik mandiri yang terhubung dengan aplikasi Kemenkes ‘SATUSEHAT’, menjalin kemitraan dengan ratusan fasilitas layanan kesehatan, menghadirkan fitur Booking Layanan, serta dukungan kader dan puskesmas melalui berbagai program pemantauan tumbuh kembang anak di masyarakat.
Di tingkat masyarakat, kolaborasi lintas sektor ikut memperlihatkan dampaknya. “Program bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor melalui FutureGen for Change menunjukkan 80% anak mengalami peningkatan z-score, sebuah indikator perbaikan status gizi dan pertumbuhan. Pendekatan ini melibatkan kader Posyandu untuk memantau pertumbuhan dan melakukan eskalasi melalui telekonsultasi dengan dokter spesialis anak,” terang Didit.
Ia memastikan program Parenthood Institute akan terus berjalan ke depannya. “Semoga program ini bisa semakin memperkuat pemahaman dan meningkatkan pengetahuan kesehatan orang tua dan kader. Harapannya, dengan makin banyak pihak yang berkolaborasi maka kita bisa lebih memperluas manfaatnya untuk masyarakat,” tutupnya.