

Penyakit Ginjal: Ancaman Senyap yang Menguras Biaya Besar

Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day/WKD) yang diperingati setiap Kamis di minggu kedua bulan Maret, jatuh pada tanggal 13 Maret 2025. Tahun ini, kampanye WKD mengusung tema “Are Your Kidneys OK? Detect Early, Protect Kidney Health”, yang menekankan pentingnya deteksi dini untuk mencegah penyakit ginjal kronik (PGK).
Ya, prevalensi PGK di Indonesia terus meningkat, Moms! Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018, prevalensinya mencapai 0,38%. Data registri Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) tahun 2022 mencatat 63.498 pasien baru menjalani cuci darah (dialisis), dengan total pasien dialisis mencapai 158.929 orang.
Penyebab utama gagal ginjal adalah hipertensi dan diabetes, dua penyakit yang kerap tidak disadari hingga merusak ginjal secara perlahan. Jika tidak diobati, kondisi ini bisa berujung pada gagal ginjal yang membutuhkan terapi pengganti seperti cuci darah atau transplantasi.
Sudah menjadi rahasia umum, biaya terapi tersebut membutuhkan biaya sangat besar! Dan ini dibuktikan dengan biaya pengobatan gagal ginjal di Indonesia yang terus meningkat drastis. Menurut data BPJS Kesehatan, pada tahun 2021 saja, biaya pengobatan gagal ginjal mencapai Rp 6,5 triliun untuk 6,3 juta layanan pasien, meningkat hampir 190% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain mengancam kesehatan, PGK juga memberikan dampak besar pada ekonomi keluarga dan negara.
Menurut Dr. dr. Ari Dwi Aryani, M.K.M, Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan, program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) perlu diperkuat untuk menekan angka gagal ginjal. “Melalui skrining dan promosi kesehatan, kita berharap angka kejadian PGK bisa menurun sehingga biaya pengobatan juga berkurang,” jelasnya dalam acara konferensi pers Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day/WKD) 2025 di Hotel Double Tree by Hilton Jakarta, Kamis (13/3/25).
Mengapa PGK Jadi Beban Besar?
Penyakit ginjal kronik sering disebut sebagai “silent killer” karena berkembang tanpa gejala yang jelas. Akibatnya, banyak orang baru menyadari saat kondisinya sudah parah.
Beberapa alasan mengapa PGK menjadi beban besar:
- Banyak kasus terlambat terdeteksi. Sebagian besar pasien baru mengetahui penyakit ginjalnya saat sudah mengalami kerusakan ginjal parah dan membutuhkan cuci darah atau transplantasi.
- Pengobatan yang mahal. Satu kali cuci darah bisa menghabiskan Rp 800 ribu hingga Rp 1,5 juta, dan pasien harus melakukannya 2-3 kali seminggu seumur hidup.
- Menurunkan kualitas hidup. Pasien gagal ginjal sering mengalami kelelahan ekstrem, pembengkakan tubuh, serta komplikasi seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
Mencegah PGK dengan Kebijakan yang Tepat
Agar angka kejadian PGK tidak terus meningkat, berbagai pihak menekankan pentingnya deteksi dini dan kebijakan kesehatan yang lebih proaktif.
Solusi yang bisa dilakukan:
- Skrining ginjal sebagai pemeriksaan rutin di puskesmas dan klinik, terutama bagi orang dengan faktor risiko seperti diabetes dan hipertensi.
- Pelatihan tenaga medis di layanan primer agar lebih cepat mengenali risiko PGK.
- Edukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan ginjal, termasuk lewat media sosial dan komunitas.
- Mempermudah akses pemeriksaan ginjal di daerah terpencil.
Baca juga: Deteksi Dini Penyakit Ginjal, Langkah Kecil yang Selamatkan Hidup!
Tony Richard Samosir, Ketua KPCDI (Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia) menyampaikan bahwa banyak pasien gagal ginjal masih kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang optimal. “KPCDI hadir untuk melakukan advokasi hak pasien dan menyediakan skrining gratis agar lebih banyak orang terdeteksi lebih awal,” ujarnya.
Dukungan dari sektor swasta juga dibutuhkan dalam upaya pencegahan ini. Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, mengatakan, “AstraZeneca berperan penting dalam mendorong hasil lebih baik bagi pasien penyakit ginjal kronis (PGK). Hari Ginjal Sedunia menjadi momen untuk menegaskan komitmen kami dalam mendukung deteksi dini dan penanganan PGK di Indonesia, agar pasien dapat didiagnosis lebih awal dan menerima pengobatan sesuai pedoman untuk kualitas hidup yang lebih baik.”
Yuk, mulai sekarang lindungi ginjal kita dengan pola hidup sehat dan periksakan kesehatan ginjal secara berkala!