Tingkatkan Edukasi Nutrisi dan Hidrasi Sehat Melalui Jelajah Gizi Banyuwangi 2024
Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal nutrisi, seperti anemia dan stunting, yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa depan. Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 21,6 persen, sementara Riskesdas 2018 mencatat 1 dari 3 anak Indonesia mengalami anemia. Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk menghentikan siklus permasalahan gizi sedini mungkin. Namun, tantangan yang dihadapi termasuk kurangnya pemahaman tentang dampak stunting dan anemia serta pilihan pangan yang tepat. Banyak ibu yang belum memahami pentingnya pangan tinggi zat besi. Padahal, Indonesia kaya akan sumber pangan bergizi tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan gizi harian anak.
Sebagai bentuk komitmen untuk mencegah anemia melalui edukasi masyarakat tentang akses nutrisi lewat pangan lokal, Danone Indonesia menghadirkan Jelajah Gizi 2024. Program ini merupakan rangkaian ke-9 dari Jelajah Gizi, yang bertujuan mengeksplorasi dan mengenalkan kekayaan pangan lokal Banyuwangi serta nutrisi di dalamnya.
Arif Mujahidin - Corporate Communication Director Danone Indonesia menjelaskan, “Nutrisi seimbang dan hidrasi yang berkualitas menjadi kunci untuk mencegah dan memutus mata rantai stunting juga anemia. Sebagai bentuk komitmen kami dalam membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin orang, kami terus ingin mengedukasi seputar kekayaan dan potensi pangan lokal kepada masyarakat Indonesia melalui program Jelajah Gizi yang sudah dilaksanakan sejak 2013. Program ini kami harapkan dapat mengedukasi masyarakat bahwa nutrisi harian anak dan keluarga dapat kita penuhi lewat pangan lokal yang terjangkau juga mudah kita temukan di lingkungan sekitar”.
Banyuwangi menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki letak geografis di wilayah pesisir dengan kebudayaan yang unik. Letaknya menjadikan Banyuwangi daerah dengan kekayaan alam pertanian dan laut yang melimpah. Sugirah - Plt Bupati Banyuwangi menuturkan, “Pengentasan permasalahan stunting menjadi fokus kami di Banyuwangi. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur menargetkan penurunan angka stunting sebesar 50 persen pada 2024 sehingga berbagai inisiatif kami lakukan baik dari sisi edukasi maupun intervensi di lapangan untuk percepatan penanganan stunting. Intervensi ini tak terkecuali dengan menggali potensi pangan lokal Banyuwangi. Banyuwangi merupakan sebuah kota pesisir dengan kekayaan alam dari pertanian hingga laut, memiliki karakter geografis dan budaya Jawa Timur yang unik. Hal ini membuat ragam kuliner pangan Banyuwangi juga menjadi beragam yang juga memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh.”
“Dalam menyikapi permasalahan stunting, kami memiliki program Banyuwangi Tanggap Stunting yang bertujuan untuk menurunkan angka stunting dengan memberikan perhatian khusus pada ibu hamil berisiko tinggi dan anak stunting. Oleh karena itu, kami menyambut baik program Jelajah Gizi karena sebagai bentuk komitmen bersama bahwa kesehatan adalah aspek yang paling utama. Karena dengan tumbuh sehat cukup gizi maka sumber daya manusia yang unggul dapat terpenuhi. Menurut kami, program ini merupakan kerja tepat dan bisa dikolaborasikan dalam rangka menyiapkan gizi ibu hamil, anak dan seterusnya. Karena disitulah potensi dan sumber daya kita untuk dimasa yang akan datang. Sehingga dalam menyambut generasi 2045 semua faktor sudah kami siapkan, dan terus dikawal untuk kecukupan gizi dalam membangun sumber daya manusia yang unggul.”
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, Pakar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor memaparkan, “Pemenuhan gizi pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan menjadi penting dalam pencegahan stunting, dimana mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang akan memberikan kita semua makronutrien dan mikronutrien yang dibutuhkan tubuh. Tidak harus makanan mahal, kuliner lokal seperti ayam pitik, ayam lodho, dan sego tempong yang ada di Banyuwangi menjadi contoh bahwa makanan sehat, kaya zat besi dan gizi lainnya yang bisa kita temukan dengan mudah juga murah. Ini menjadi penting untuk menjaga kesehatan dan mencegah masalah gizi. Mengonsumsi pangan dengan bahan alami seperti pangan lokal adalah langkah awal yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi harian secara berkelanjutan”.
Selain mendapatkan gizi dan nutrisi langsung dari pangan lokal, pemenuhan kebutuhan nutrisi harian juga dapat dilengkapi dengan pangan fortifikasi untuk memperkuat dan mengoptimalkan penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH - Medical & Science Director Danone Indonesia menjelaskan bahwa, “Fortifikasi adalah tindakan memperkaya nutrisi yang ditambahkan ke dalam pangan tertentu untuk mendukung kita memenuhi nutrisi harian yang dibutuhkan oleh tubuh. Contohnya, kebutuhan zat besi harian anak setara dengan ½ ekor ayam. Dengan kemampuan pencernaan yang masih terbatas, tentu belum memungkinkan seorang anak untuk mengkonsumsi ½ ekor ayam setiap harinya. Untuk itu, kami menghadirkan SGM Eksplor sebagai susu pertumbuhan yang sudah diformulasi dan kaya zat besi dengan kombinasi unik vitamin C atau IronC untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak serta membantu mencegah anemia,” jelasnya.
Arif Mujahidin juga menambahkan, “Tidak kalah penting, konsumsi hidrasi yang sehat juga dibutuhkan untuk mencegah stunting dan memastikan penyerapan nutrisi dapat terjadi dengan baik. Air yang bersih dan layak membantu masyarakat, termasuk bayi dan balita, terhindar dari penyakit seperti diare dan infeksi lainnya yang berpotensi menghambat penyerapan gizi. Namun sayangnya, saat ini 7 dari 10 rumah tangga Indonesia masih mengkonsumsi air minum yang tidak sehat atau terkontaminasi. Untuk itu, edukasi agar masyarakat dapat memahami bahwa tidak semua air sama dan air yang baik harus berasal dari sumber yang terlindungi dan terjaga kemurniannya sehingga mengandung mineral alami yang seimbang dan berkualitas menjadi hal yang penting. Menjawab permasalahan ini, melalui produk AQUA kami berkomitmen untuk menghadirkan produk air minum yang sehat dan berkualitas yang berasal dari sumber akuifer dalam terpilih bukan air tanah dangkal, sehingga terlindungi dari kontaminan ataupun cemaran dari aktivitas manusia.”
Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS - Staf Khusus Badan Gizi Nasional menyatakan, sesuai dengan konvensi hak anak, anak memiliki beberapa hak yang tidak hanya hak untuk hidup namun juga untuk keberlanjutan hidup dimana anak harus menikmati kesempatan untuk hidup secara optimal. Hal tersebut menandakan bahwa tidak boleh ada anak terlahir stunting dan berat badan rendah. Setiap orang dewasa atau orang tua wajib memberikan makanan bergizi sesuai dengan pasal konvensi hak anak. Namun kenyataannya, tidak semua keluarga mampu untuk hal ini. Di pasal 18 dijelaskan bahwa pola asuh dilakukan oleh orang tua dan jika orang tua tidak mampu maka negara harus membantu anak untuk mencapai titik optimal tumbuh kembangnya. Hal tersebutlah yang melandasi lahirnya Program Makan Bergizi yang dikelola oleh Badan Gizi Nasional. Untuk itu, secara bertahap kami akan memastikan kesediaan bergizi bagi anak Indonesia melalui kolaborasi dan kontribusi pentahelix. Kolaborasi sangat dibutuhkan seperti halnya tergambar dalam Jelajah Gizi 2024 yang memperlihatkan bagaimana semua sektor baik dari sisi pemerintah pusat, pemerintah lokal, akademisi, media bekerjasama dalam melakukan edukasi seputar pangan bernutrisi dan kekayaan pangan lokal di Banyuwangi.”