Membentuk Karakter Anak Melalui Adventure Parenting
Moms, kita semua setuju bahwa membesarkan anak bukanlah tugas yang mudah. Di tengah tantangan zaman yang terus berubah, kita dituntut untuk menemukan cara-cara baru dalam mendidik anak agar menjadi pribadi yang berkarakter tangguh dan berbudi pekerti. Salah satu pendekatan yang sedang tren dan terbukti efektif adalah Adventure Parenting.
Apa Itu Adventure Parenting?
Adventure Parenting adalah pendekatan yang mengubah momen sehari-hari menjadi petualangan belajar. Ini bukan hanya tentang aktivitas luar ruangan, tapi lebih kepada bagaimana kita bisa menjadikan setiap tantangan sebagai kesempatan bagi anak untuk belajar dan berkembang.
Damar Wahyu Wijayanti, Certified Positive Discipline Parent Educator, menjelaskan, “Ini adalah pola asuh yang mengubah momen biasa menjadi sebuah petualangan. Dengan mindset adventure parenting, orangtua dan anak-anak bisa melihat bahwa setiap tantangan sehari-hari adalah kesempatan untuk tumbuh.”
Ia juga menekankan bahwa yang diharapkan tumbuh bukan hanya anak, tetapi juga orangtuanya. “Grow together, bukan cuma anaknya, orang tuanya juga grow,” tambahnya saat ditemui pada acara Taro Rangers Camp di Taman Safari, Bogor, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Cara Nadia Frederica Ajarkan Empati pada Anak Melalui Petualangan dan Eksplorasi
Tahapan Perkembangan Anak
Damar mengaitkan adventure parenting dengan The Four Planes of Development yang diperkenalkan oleh Dr. Maria Montessori. Berikut adalah ringkasan masing-masing fase perkembangannya:
1. Infancy (0-6 tahun). Di fase ini, anak mengalami perkembangan yang sangat cepat dalam hal fisik dan kognitif. Mereka belajar melalui pengamatan dan eksplorasi. Kemandirian fisik adalah fokus utama, dan anak-anak sangat tertarik untuk melakukan segala hal sendiri.
“Infancy ini tuh masih kategori anak-anak banget gitu, dan kalau kita lihat di sini, tugas tumbuh kembangnya adalah physical independence atau kemandirian dalam hal fisik. Makanya kalau ada yang punya anak usia 0-6 tahun di rumah, mungkin pernah ngalamin kalau anaknya paling nggak mau dibantu, misal pas dia mau buka tutup botol, kita bantuin, ngamuk dia. Karena memang tugas tumbuh kembangnya kemandirian secara fisik, makanya anak pengen ngerjain apa-apa sendiri,” terang Damar yang juga merupakan co-Founder goodenoughparents.
2. Childhood (6-12 tahun). Masa kanak-kanak, di usia ini anak mulai mengembangkan kemandirian intelektual. Mereka sangat ingin berpikir secara mandiri dan mencari tahu tentang dunia di sekitar mereka. Di fase usia inilah, adventure parenting berperan penting. Sebagai orangtua, kita perlu memberikan aktivitas yang merangsang imajinasi dan kemampuan sosial mereka. Dengan berbagai tantangan dan pengalaman, anak-anak akan belajar untuk berpikir kritis dan berkolaborasi dengan teman-temannya.
“Anak-anak di usia ini mulai ingin berpikir secara mandiri. Biasanya, mereka sangat anti jika diberitahu oleh orangtua. Misalnya, saat orangtua mengatakan, "Dek, Mama mau kasih tahu," mereka biasanya sudah tidak mau mendengarkan. Pada usia 6 sampai 12 tahun, anak-anak lebih banyak belajar dari pengalaman dan lebih mendengarkan teman, dan guru dibandingkan dari orangtua mereka. Ada kalanya kita sudah memberi tahu sesuatu, tetapi mereka tidak mendengarkan, lalu tiba-tiba mereka pulang dan mengatakan, "Mama, tahu nggak, kata Miss di sekolah...”. Itu adalah hal yang wajar, karena tugas mereka adalah belajar berpikir sendiri. Dan, tugas kita sebagai orang dewasa adalah membantu anak berpikir untuk diri mereka sendiri,”lanjutnya.
3. Adolescence (12-18 tahun). Ini adalah fase remaja, di mana anak-anak mencari identitas diri dan tempat mereka dalam masyarakat. Fokusnya adalah pada pengembangan sosial dan emosional. Mereka mulai memahami nilai-nilai, moral, dan tanggung jawab terhadap komunitas.
4. Maturity (18-24 tahun). Di fase ini, individu mulai bertransisi menjadi dewasa. Mereka mengembangkan pemikiran kritis dan analitis, serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang lebih kompleks. Ini adalah periode eksplorasi identitas dan tujuan hidup.
Membangun Karakter Anak Melalui Petualangan
Adventure Parenting sangat cocok diterapkan pada anak usia 6-12 tahun. Moms, dorong mereka terlibat dalam aktivitas seru yang mendidik, seperti hiking, camping, atau menjelajahi kota. Damar menjelaskan, “Aktivitas-aktivitas ini membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, imajinasi, dan sosialisasi.”
Salah satu program menarik untuk anak-anak usia ini adalah Taro Rangers Camp yang baru-baru ini digelar. Acara ini mengajak 40 anak berusia 8-12 tahun untuk bertualang di Taman Safari Bogor.
Baca juga: Keren! 40 Anak Bertualang dan Belajar Nilai-nilai Budi Pekerti di Rangers Camp, Simak Keseruannya!
Kenapa sih fokus ke anak-anak pra-remaja? “Usia ini adalah waktu kritis untuk membangun fondasi karakter yang kuat,” kata Damar. Anak-anak di fase ini sedang belajar berpikir dan mengeksplorasi ide-ide baru.
Di era digital saat ini, anak-anak sering terjebak dalam dunia gadget dan paparan layar berlebihan. Taro Rangers Camp memberikan kesempatan bagi mereka untuk keluar dari zona nyaman.
Anak-anak diajak bermain dan belajar melalui petualangan Mencari Harta Karun. Dengan berbagai kegiatan yang mengasah imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial, acara ini dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan.
“Anak-anak usia ini butuh pengalaman nyata, bukan yang hanya diberitahu, diceramahi, ” imbuh Riza Arief Rahman, VP Head of Marketing FKS Food.
Melalui petualangan edukatif ini, mereka belajar nilai-nilai seperti compassion (kepedulian), integrity (dapat diandalkan), courage (keberanian), resilience (ketangguhan), hingga creativity (kreativitas).
Peran Orang Dewasa
Lalu, apa peran orang dewasa di sekitar anak-anak pra-remaja? Sebagai orang dewasa, kita berperan sebagai pemandu. Damar menyebutnya Cosmic Education. Ini bukan tentang belajar bintang atau zodiak, tetapi membantu anak-anak memahami peran mereka di alam semesta.
“Melalui Cosmic Education, anak-anak belajar bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam,” ujar Damar. Dengan pengalaman langsung di alam, anak-anak dapat memahami peran dan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan.
“Apalagi saat ini kita dihadapkan pada isu-isu seperti global warming, anak-anak belajar bahwa jika mereka tidak bertanggung jawab terhadap alam mereka, akan ada konsekuensi yang harus dihadapi,” pungkas Damar.
Inilah mengapa Rangers Camp yang berlangsung di Taman Safari Bogor tersebut sangat relevan dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak di usia ini. Dengan pendekatan yang menyentuh langsung ke alam, anak-anak bisa belajar bagaimana menjadi lebih peduli dan bertanggung jawab.
“Kami melakukan riset dan hasilnya menunjukkan bahwa orangtua zaman sekarang seringkali bingung dalam mengubah gaya parenting mereka. Banyak yang masih berpegang pada cara lama: terlalu melindungi, memberitahu, melarang, atau menceramahi. Namun, anak-anak zaman sekarang memiliki tingkat pengetahuan dan cara berpikir yang berbeda, sehingga pendekatan semacam ini tidak lagi efektif,” terang Riza.
Riza mengatakan, dalam diskusi kelompok yang mereka gelar, banyak orangtua meminta bantuan untuk mengajarkan hal-hal yang sulit disampaikan, seperti nilai-nilai kehidupan. “Mereka ingin nilai-nilai tersebut disampaikan melalui cerita, pengalaman langsung, dan permainan, sehingga anak-anak dapat menyadari dan memahami tanpa merasa diceramahi,” katanya.
Itulah mengapa, semua tantangan di Rangers Camp dirancang dengan pendekatan psikologis yang menggabungkan unsur experiential learning (belajar dari pengalaman) dan character building (pembentukan karakter). “Kami juga akan meluncurkan kampanye, iklan cerita, dan promo aktivitas yang akan membangun ekosistem di mana cerita Taro dapat mengalir dan masuk ke dalam kehidupan anak-anak. Kami ingin anak-anak mengalami, melihat, dan mendengar langsung, sehingga mereka mendapatkan pengalaman yang berharga,”imbuh Riza.
“Filosofi dari adventure parenting adalah orangtua harus bisa observe atau mengamati. Dengan mengamati, orangtua dapat lebih mengenal anak mereka agar bisa menyediakan apa yang dibutuhkan dalam perkembangan anak,” tutup Riza.
Nah, bagaimana Moms, siap membentuk karakter anak menjadi tangguh, berbudi pekerti, sayang alam dan bertanggung jawab melalui Adventure Parenting? Yuk, lakukan mulai sekarang!