Tekad Mela

  • Cerita: Seruni
  • Ilustrasi: Agung Hari Parjoko
  • Translator: Listya Natalia Manopo
Jumat, 05 April 2024
Tekad Mela
Tekad Mela
A A A

Tidak terasa bulan Suci Ramadan sebentar lagi tiba. Anak-anak teman sekelas Mela sudah mulai membicarakan rencana dan harapan mereka. “Lebaran nanti aku mau pulang ke rumah Nenek,” kata Irma teman Mela.

Mela selalu kagum pada Irma karena setiap bulan puasa, dia selalu bisa berpuasa penuh. “Wah, kalau aku sih pasti akan dimarahi Nenek,” keluh Mela. “Memangnya kenapa, Mela?” tanya Irma. “Nenek bersikeras aku harus berpuasa penuh. Setiap bertemu saat Lebaran, Nenek akan bertanya padaku, apakah puasaku penuh? Jika aku bilang tidak, dia pasti akan geleng-geleng kepala. Setelah itu, dia akan memaksaku duduk lalu menceritakan kehebatannya waktu seumurku dulu, bahkan lebih kecil lagi, dia sudah bisa berpuasa penuh! Menyebalkan deh!” gerutu Mela. Irma tertawa. “Kamu sih hebat Irma, bisa ya puasa penuh. Bagaimana sih caranya?” tanya Mela. “Yang penting tekad,” jawab Irma.

Tapi Mela tetap tidak mengerti. Sebetulnya dia ingin sekali berpuasa penuh. Tapi selalu tidak bisa. Tekad itu bagaimana sih? Mela bertanya pada Ayah dan Ibunya.  “Mela, kamu itu sebelum mengerjakan tugas yang tidak mudah, biasanya belum apa-apa sudah mengeluh susah, lalu tidak mungkin bisa. Sifat ini juga berpengaruh dalam menjalankan ibadah puasa. Berhentilah mengeluh,“ kata Ibu. “Kalau tekad itu dari dalam hatimu, pasti kau bisa mengerti,” kata Ayah. Sayangnya, Mela masih tidak mengerti.

Ketika puasa tiba, ada berita yang sedih dan mengagetkan. Irma jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Katanya, Irma terkena virus dan harus dikarantina. Mela tidak diperbolehkan menjenguk Irma. Mela sangat sedih. Irma tidak bisa berpuasa! Tengah malam Mela terbangun dan tiba-tiba di kepalanya muncul sebuah pikiran. Aku harus bisa berpuasa penuh untuk bagian Irma juga! Lalu Mela ingat kata-kata Nenek. Kamu harus berdoa dan minta kekuatan dari Yang Kuasa. Mela pun berdoa. “Kuharap Irma diberi kesembuhan dan aku diberi kekuatan agar bisa berpuasa penuh untuk kali ini dan seterusnya.”

Ketika bulan puasa mendekati akhir, Nenek Mela datang ke Jakarta. Ayah dan Ibu dengan bangga berkata bahwa Mela sudah bisa berpuasa penuh. Nenek sangat gembira. Dia mengucap syukur lalu memeluk Mela. “Nah, apa yang membuatmu bisa seperti ini?” tanya Nenek. “Tekad, disiplin, dan doa, Nek,” jawab Mela. Lalu Mela menceritakan tentang Irma. “Semoga Irma diberikan kesembuhan, Nenek juga akan berdoa untuknya,” kata Nenek sambil mengelus rambut Mela.

Beberapa hari sebelum Hari Kemenangan tiba, Mela mendengar kabar Irma sudah pulang dari rumah sakit. Dia sudah sembuh! “Horeee!” seru Mela bersorak gembira lalu mengucap syukur pada Yang Kuasa. Ketika Lebaran tiba, Mela dan keluarganya berkunjung ke rumah Irma. “Mela! Selamat, ya! Kau sudah bisa berpuasa penuh,” kata Irma sambil memeluk Mela. “Terima kasih, Irma! Akhirnya aku mengerti arti kata tekad!” kata Mela sambil tersenyum lebar pada sahabatnya itu.