Boneka Antik
- Cerita: Seruni
- Ilustrasi: Novi Chrisna
- Translator: Listya Natalia Manopo
Adik Maya, Dina, sangat menyukai boneka. Koleksi bonekanya sangat banyak. Kamar Dina penuh dengan bermacam-macam boneka. Ada boneka kain, boneka bulu, boneka kayu, dari yang terbesar hingga terkecil. Boneka-boneka itu pun dari berbagai macam negara.
Suatu hari, Maya melihat Dina sedang asyik dengan gadgetnya. Ketika Dina menyadari kehadiran Maya, dia segera menunjukkan apa yang dilihatnya.
“Kak Maya, bagus banget yaaah!” kata Dina sambil menyodorkan gadgetnya. Di layar gadget, Maya melihat sebuah boneka antik berambut terang. Mata boneka itu berwarna biru. “Ih… serem, ah!” kata Maya. “Kak Maya penakut, deh. Aku kan koleksi boneka. Semua yang suka koleksi boneka pasti ingin punya boneka antik kayak gini,” kata Dina.
Maya ingat, sebentar lagi ulangtahun Dina. Sepertinya, adiknya itu ingin hadiah boneka antik. Tapi, dimana dia bisa menemukan boneka antik?
“Wah, hebat juga, disini ada!” seru Maya senang. Dia mencoba mencari boneka antik di sebuah situs belanja online dan ternyata ada yang menjualnya. “Dan ini persis seperti yang diinginkan Dina,” kata Maya. Dia segera membeli boneka antik itu. “Akan datang seminggu sebelum ulangtahun Dina, jadi aman,” kata Maya.
Tapi ternyata, boneka antik itu belum datang juga di hari yang dijanjikan. Maya bingung dan berulang kali menghubungi si penjual. Dan mereka berkata kalau barang sudah dikirim.
Sehari sebelum hari ulangtahun Dina, boneka antik itu akhirnya datang. Ada hal yang aneh. Pak Kurir bertanya pada Maya, apa sebetulnya barang yang dia pesan. “Boneka antik, Pak,” jawab Maya. Dan Pak Kurir menceritakan pengalamannya.
Sebetulnya, boneka antik ini sudah sampai jauh sebelum hari ini, jika saja tidak banyak kejadian sial yang menimpa Pak Kurir ketika membawa paket boneka antik Maya. Dari mulai kaki keseleo hingga motor yang mogok berulang kali.
Pak Kurir berpesan agar hati-hati dengan boneka itu. Cerita Pak Kurir membuat Maya bingung. Masa, boneka antik ini pembawa sial?
Keraguan Maya tentang boneka antik jadi hilang ketika melihat kebahagiaan Dina ketika menerima si boneka. “Terima kasih, Kak Maya!” seru Dina melompat girang lalu memeluk Maya. “Namanya siapa, nih?” tanya Maya. “Namanya Desdemona,” jawab Dina.
Ketika ditanya apa artinya, Dina berkata tidak tahu, nama itu kedengaran bagus saja. “Yee kamu ini,” kata Maya tertawa. Dina segera membawa Desdemona ke kamarnya.
“Aduh!” jerit Dina tak lama kemudian. Rupanya, dia tersandung dan jatuh. “Dina, hati-hati!” seru Maya sambil membantu Dina berdiri. “Aku nggak apa-apa, Kak Maya, yang penting Desdemona nggak rusak,” kata Dina.
Maya melihat ke bawah. Rupanya, kertas kado yang membuat Dina jatuh. “Bukannya kertas itu tadi di kursi?” gumam Maya bingung.
Malam harinya, Maya terbangun mendengar suara jeritan dari kamar tidur Dina. Maya segera pergi ke kamar Dina untuk melihat ada apa. “Kakak....aku mimpi melihat Desdemona berubah jadi menyeramkan... matanya jadi merah dan dia punya taring. Dan waktu bangun, Desdemona sudah ada di tempat tidurku! Padahal aku menaruhnya di lemari!” kata Dina ketakutan.
Maya menenangkan Dina, dan dia membawa Desdemona ke kamarnya supaya Dina bisa tidur lagi. Maya terbangun jam 3 dini hari untuk pergi ke kamar mandi, dan kaget ketika dia tidak bisa membuka pintu kamar mandi untuk kembali ke kamarnya. Maya terpaksa menggedor-gedor pintu kamar mandi dan memanggil nama anggota keluarganya agar dia dibukakan.
Akhirnya, Mama Dina membuka pintu kamar mandi. “Kok, kamu bisa terkunci?” tanya Mama. “Nggak tahu, Ma,” jawab Maya. Kemudian Maya melihat sesuatu yang membuatnya ngeri. Desdemona terduduk di tembok samping kamar mandi.
“Mama menemukan boneka itu di pintu kamar mandi tadi waktu mau menolong kamu,” kata Mama. Maya hanya bisa terdiam.
Maya yang penasaran, mencari informasi tentang si penjual boneka antik di internet, tapi sia-sia. Dan si penjual juga sudah tidak ada di situs belanja online dimana Maya membeli barangnya.
Dina yang takut dengan Desdemona akhirnya memasukkan boneka itu ke dalam kotak kardus dan menaruhnya di gudang.
Tidak ada lagi kejadian aneh yang terjadi. Maya dan Dina tetap berharap seperti itu ketika mereka menaruh kardus itu di tong sampah, berharap truk sampah akan mengambilnya.