Sekolah Baru
- Cerita: Seruni
- Ilustrasi: Novi Chrisna
- Translator: Listya Natalia Manopo
Lidia sudah cemas ketika Papa dan Mamanya bilang kalau dia harus pindah sekolah. Dia tidak mau berpisah dengan teman-temannya dan suasana menyenangkan yang sudah dirasakannya di sekolahnya yang lama. Tapi, apa boleh buat, Lidia harus menuruti kemauan orangtuanya.
Tapi, untungnya semua rasa khawatir Lidia sia-sia karena sekolahnya yang baru, jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan sekolahnya yang lama.
Teman-teman barunya menyambut Lidia gembira dan dengan cepat mereka akrab. Lingkungan sekitar Lidia yang baru, juga menyenangkan.
Di sekolahnya yang baru, masih banyak pepohonan hijau, berbeda sekali dengan sekolahnya yang lama, yang penuh dengan polusi karena berada dekat dengan jalan raya. Papa dan Mama bahagia karena Lidia senang dengan sekolah barunya.
Hari ini hari Kamis dan Lidia datang lebih cepat. Ruang kelasnya masih kosong. “Wah, lampunya belum dinyalakan,” kata Lidia. Ketika akan menyalakan lampu, Lidia sempat melihat ke arah tempat duduknya. Dia sangat kaget sampai menjatuhkan botol minum yang dibawanya.
Ada bayangan putih di sana. Byar. Lampu menyala. Lidia masih memperhatikan mejanya. Tidak ada apa-apa di sana. “Mungkin ini hanya tipuan mata, karena aku habis dari luar yang terang kena sinar Matahari,” gumam Lidia.
Tapi, hari itu Lidia kembali mengalami kejadian aneh. Sehabis istirahat siang, dia kehilangan tempat pensilnya, padahal jelas-jelas dia letakkan di atas meja. “Tidak mungkin ada anak kelas kita yang menyembunyikannya, karena Ibu Guru ada di kelas selama istirahat siang,” kata Irma, teman Lidia.
Lidia tahu, dan dia merasa takut. Tiba-tiba, dia teringat dengan apa yang dilihatnya tadi pagi di kelas.
Tempat pensil Lidia ditemukan keesokan harinya di tempat yang sangat aneh. Yaitu lantai 3 sekolah. “Kok bisa, ya?!” kata Lidia bingung, tapi dia lega kotak pensil kesukaannya ditemukan dan tidak ada satu pun isinya yang hilang.
Irma memandangi lokasi tempat mereka menemukan kotak pensil. “Aku pernah mendengar ada kejadian di lantai ini, tapi entah apa. Aku lupa,” kata Irma. “Ada barang ditemukan disini mungkin?” tanya Lidia. “Mungkin saja,” jawab Irma sambil tertawa.
Irma lalu mengajak Lidia turun, tapi Lidia mau pergi ke toilet dulu. “Aku tunggu di sini, ya,” kata Irma. “Oke!” sahut Lidia.
Irma menunggu cukup lama sampai dia merasa bingung. Irma kemudian pergi ke toilet untuk melihat Lidia. Irma panik ketika mendengar gedoran keras dan suara minta tolong Lidia dari pintu toilet barisan ke-2.
Rupanya, Lidia terkunci. Irma segera meminta bantuan Penjaga Sekolah untuk mengeluarkan Lidia.
“Mungkin karena toilet di lantai ini jarang dipakai, jadi pintunya rusak. Lain kali aku enggak mau ke toilet lantai 3 lagi!” kata Lidia yang ketakutan. Tapi, kata Penjaga Sekolah, pintu ini sudah diperbaiki seminggu sebelumnya, karena itu dia bingung kenapa Lidia bisa terkunci.
Pak Penjaga Sekolah bertanya tanggal berapa Lidia masuk ke sekolah ini untuk pertama kalinya. “Tanggal 6 Oktober,” jawab Lidia. Tiba-tiba, Irma berseru kaget. “Aku ingat sekarang...katanya ada tragedi mengenaskan tepat pada tanggal itu, 10 tahun yang lalu! Ada anak yang terjatuh dari lantai 3 ini,” kata Irma.
Sayangnya, nyawa si anak tidak terselamatkan. “Mungkin si anak mengikutimu,” kata Pak Penjaga pada Lidia. Lidia dan Irma terdiam. Apakah itu betul? Lidia merasa bahagia di sekolah ini, dan dia tidak mau ada gangguan satu pun.
“Tenang saja, Lidia, semua yang kamu alami pasti ada penjelasan masuk akalnya,” kata Irma menghibur Lidia ketika mereka kembali ke kelas. Mudah-mudahan.