Guci Antik

  • Cerita: Seruni
  • Ilustrasi: Novi Chrisna
  • Translator: Listya Natalia Manopo
Kamis, 12 September 2024
Guci Antik
Guci Antik
A A A

Sepulang sekolah, Mira terkejut melihat perubahan di ruang tamu rumahnya. “Kenapa barang ini ada disini?” tanya Mira memandang sebuah guci antik besar. “Itu hadiah ulangtahun dari teman Mama. Bagus, kan? Barang antik itu nilainya besar, lho, karena hasil karya seni!” kata Mama yang sedang duduk di ruang tamu mengagumi guci antik.

Mira tidak menyahuti perkataan Mama. Dia sibuk melihat gambar di guci itu. Mira tidak mengerti seni, tapi sepertinya gambar di guci itu dilukis. Ada burung, ikan, dan harimau. Lukisannya bagus. Tapi perasaan Mira tidak enak melihat lukisan bagus itu. Karena wajah burung, ikan, dan harimau di lukisan itu menyeramkan. “Jangan bengong, ayo mandi dan ganti baju,” kata Mama, menyadarkan Mira.

Keesokan harinya hari Minggu. Mama mengajak Mira pergi, tapi karena Mira ingin istirahat dan mengerjakan tugas sekolah, Mira memilih di rumah saja. Mama yang senang karena Mira rajin, berjanji akan membelikan oleh-oleh kue kesukaan Mira. “Asyiik makasih ya, Ma!” seru Mira senang.

Tak lama setelah Mama pergi, Bi Atin, asisten rumah tangga yang sudah seperti keluarga Mira sendiri, berkata bahwa dia mau mencari tukang sayur dulu. “Bibi lupa beli lada, Non, sebentar yah! Non enggak takut sendirian di rumah, kan?” kata Bibi. “Ih.. Bibi enggak lah!” kata Mira kesal. Bibi tertawa sambil membuka pintu rumah.

Suasana sepi membuat Mira bisa berkonsentrasi mengerjakan tugasnya, sampai sebuah suara aneh membuyarkan konsentrasinya. Suara itu seperti suara air, dan suaranya keras sekali seolah datang dari kamar Mira. Mira yang bingung, menghentikan pekerjaannya.

Tiba-tiba, Mira teringat suara air yang aneh itu mirip apa. Dulu sekali Mira pernah punya akuarium dan dia pernah menyaksikan ikan di dalam akuarium melompat keluar. “Suara aneh ini mirip dengan kecipak air saat ikanku melompat!” kata Mira. Apakah itu suara akuarium tetangganya? Kalaupun benar, masa bisa sekeras itu?  

Suara kecipak air terus terdengar. Sekarang, sepertinya suara itu berasal dari atap rumah. Hal ini membuat Mira tidak tahan dan keluar dari kamarnya. Anehnya, ketika Mira keluar, suara itu sekarang terdengar dari bawah. Mira menuruni tangga dengan hati-hati, mencoba mencari asal suara yang didengarnya. Di tengah jalan, Mira bertemu dengan Bi Atin. Wajah Bi Atin bingung dan takut. “Non, dengar suara auman harimau tidak?” tanya Bi Atin. Mira terdiam bingung. “Bibi nggak denger suara kecipak air?” tanya Mira balik. Bi Atin bilang dia tidak mendengar suara yang didengar Mira, dia mendengar suara auman harimau.

“Non, masa ada harimau lepas sih!?” seru Bi Atin sambil berjalan ke jendela. Belum sempat Mira mengikuti Bi Atin, suara klakson mobil Mama terdengar. Bi Atin berlari dan membuka pintu garasi. Mama masuk ke dalam rumah sambil mengernyitkan alis. “Ini suara burung dari televisi? Keras sekali! Tolong suaranya dikecilkan, Mira,” Mama berkata sambil memandang Mira. Tapi Mama kemudian melihat televisi yang tidak dinyalakan dan bingung.

 Tiba-tiba, Mira teringat sesuatu. Burung, harimau, dan ikan… bukankah itu lukisan yang ada di guci antik? Mira berlari ke ruang tamu tempat guci antik dipajang, sekarang suara kecipak air terdengar dari ruang tamu. Mira berdiri memandang guci antik itu dan suara kecipak air berhenti terdengar. Dari ruang makan, suara Mama dan Bi Atin terdengar, membicarakan hilangnya suara burung dan harimau.

Hari Senin, Mira menceritakan pengalaman anehnya pada teman-teman di sekolah. “Mungkin itu sambutan guci buatmu dan keluarga, Mira,” kata seorang teman. “Belum tentu yang didengar Mira dari guci! Mana mungkin?” kata teman yang lain. Mira tidak tahu dan tidak mau memikirkannya! Dia hanya mau mengunyah kue bekal yang dibelikan Mama kemarin.