Diorama Dina
- Cerita: Seruni
- Ilustrasi: Agung Hari Parjoko
- Translator: Listya Natalia Manopo
Sejak taman kanak-kanak, Dina suka sekali menggambar dan membuat kerajinan tangan. Dan sejak dia masuk Sekolah Dasar, Dina mencoba membuat diorama. Di dekat rumah Dina, tinggal seorang anak kuliahan bernama Siska. Suatu hari, Kak Siska melihat Dina sedang memotret tumbuhan di depan rumahnya.
“Wah, kamu suka fotografi, ya?” tanya Kak Siska pada Dina. “Eh, maaf Kak, aku minta izin foto tanaman Kakak, ya. Ini untuk keperluan membuat diorama,” kata Dina pada Kak Siska. “Wah, kamu membuat diorama? Hebat! Itu salah satu hobi yang unik. Kebetulan aku mendirikan klub diorama di kampus,” kata Kak Siska yang ternyata mengambil jurusan arsitektur di kampusnya.
Ketika melihat karya Dina yang sudah jadi, Kak Siska sangat terkesan dan mengajak Dina untuk masuk ke klubnya. Dina senang sekali. Setiap hari Minggu, Dina berkumpul bersama teman-teman Kak Siska yang menyukai diorama, dan Dina belajar banyak dari mereka.
Suatu hari, Dina membaca sebuah pengumuman di majalah dinding sekolah. Isinya penggalangan dana untuk penghijauan kembali hutan yang gundul. Rupanya, guru IPA Dina, Ibu Hilda yang menempel pengumuman itu. “Caranya adalah mengadopsi pohon. Dina menyumbangkan dana untuk membeli pohon. Dan pohon yang sudah Dina beli akan ditanam di hutan,” kata Bu Hilda.
“Aku ingin sekali menyumbang, tapi bagaimana caranya, ya?” gumam Dina. Dina tidak mau merepotkan Papa dan Mama dengan meminta uang. Hari Minggu, ketika Dina ikut klub diorama, Kak Siska menghampiri Dina. “Ada lomba diorama, untuk anak-anak Sekolah Dasar, ayo ikut Dina!” kata Kak Siska. Dina terkejut, dan ketika mencari tahu lebih lanjut, ternyata pemenang lomba itu akan mendapatkan uang yang jumlahnya tidak sedikit!
“Aku mau ikut dan ingin sekali menang, Kak!” kata Dina pada Kak Siska. Dina lalu bercerita tentang keinginannya membeli pohon untuk penghijauan hutan. “Ayo, berusaha mulai dari sekarang, Kakak yakin kamu pasti bisa menang,” kata Kak Siska memberi semangat pada Dina. Papa dan Mama yang diceritakan Dina, juga mendukungnya. “Jangan lupa untuk berdoa, niat baikmu pasti akan didengar oleh Yang Kuasa,” pesan mereka.
Dina mulai mencari ide dan bahan-bahan yang dia butuhkan. Dina juga tidak segan untuk meminta saran dan bimbingan dari Kak Siska dan kakak-kakak lainnya di klub diorama. Dan dia juga tidak melupakan pesan dari Papa dan Mama untuk berdoa. Ketika hasil diorama Dina dipamerkan untuk dinilai, selain Papa dan Mama, Kak Siska serta teman-teman klub yang melihat karya Dina, bu guru Hilda juga datang.
Bu guru Hilda tersenyum melihat Diorama Dina. Diorama itu menggambarkan hutan yang hijau serta binatang-binatangnya. “Ibu tahu, diorama karyamu adalah wujud sempurna hutan yang gundul, jika hutan itu sudah hijau kembali. Hasil pencarian dan imajinasi yang hebat. Kau sangat berbakat Dina,” kata Bu Hilda.
Dina sangat bahagia mendengar pujian dari bu guru, seakan-akan dia sudah menang. Dan ternyata, Dina memenangkan lomba diorama dengan meraih juara pertama! Sesuai keinginan Dina, semua uang hadiah lomba itu dia sumbangkan untuk membeli pohon demi penghijauan. Kak Siska, Papa, Mama serta bu guru Hilda sangat bangga pada Dina. “Aku senang jika hobiku ini bisa berguna bagi lingkungan dan orang-orang di sekelilingku!” kata Dina.