Gugi si Gurita
- Cerita: Seruni
- Ilustrasi: Agung Hari Parjoko
- Translator: Listya Natalia Manopo
Gugi si gurita memiliki kehidupan yang bahagia. Dia tinggal di laut Medi yang indah dan penuh dengan terumbu karang berwarna-warni yang cantik. Gugi tidak pernah kesulitan mencari makan.
Suatu hari yang cerah, ketika sinar matahari menerobos masuk hingga air menjadi hangat, Gugi berjalan-jalan. Dia hendak mengunjungi temannya si ikan terbang bernama Teba. “Waaah, karena sinar matahari, air jadi sejuk, membuatku mengantuk...,” kata Gugi. Gugi tertidur dan lupa akan kunjungannya ke Teba.
“Gugi, bangun! Hei, ayo banguun!” terdengar suara mendesak yang membuat Gugi terbangun. Gugi segera bangun dan melihat Teba. “Halo Teba, eh...rupanya aku tertidur lagi, ya?” kata Gugi sambil mengusap matanya dengan salah satu tentakelnya yang panjang. “Kau ini, selalu saja seperti ini. Kalau saja tidak ada Gimpo yang melihatmu ketika kau tertidur di tempat ini, aku pasti bingung mencarimu!” seru Teba.
Gimpo adalah gurita cerdik dan terkenal yang suka meledek Gugi. “Pasti Gimpo mengataiku lagi kan?” kata Gugi kesal. “Menurutku, Gimpo ada benarnya! Gugi, sebagai sahabatmu, aku khawatir padamu. Kau terlalu santai, dan cenderung malas. Walaupun sepertinya laut tempat tinggal kita damai, ancaman bisa datang kapan saja. Kau ini gurita. Seharusnya kau cerdik dan pintar bersembunyi, tapi kau sama sekali berbeda! Kau ini payah!” ucap Teba marah pada Gugi.
“Kenapa kau jadi seperti Gimpo? Kukira kau sahabatku! Aku salah menilaimu!” seru Gugi. “Baiklah, selamat tinggal, Gugi!” kata Teba berenang menjauh meninggalkan Gugi. “Selamat tinggal juga!” ujar Gugi kembali menutup matanya untuk tidur.
Tiba-tiba, terdengar suara tawa geli dan Gimpo muncul dari balik terumbu karang. “Kau mencuri dengar, ya?!” seru Gugi marah. “Aku tidak mencuri dengar. Kau saja yang tidak sadar aku ada disini dari tadi. Aku sedang berlatih untuk lomba bersembunyi para gurita yang akan diadakan sebentar lagi. Tapi aku yakin kau tidak mau ikut. Dasar gurita payah! Yang cocok untukmu hanya lomba tidur! Kasihan sahabatmu Teba, harus mengurusi dirimu yang menyebalkan. Yah, untung kalian bertengkar,” kata Gimpo sambil berenang pergi, meninggalkan Gugi yang hanya bisa terdiam.
Keesokan harinya, laut Medi gempar. Banyak dari penghuninya yang terkena jaring, salah satunya adalah Teba! Gimpo-lah yang memberitahu kabar mengejutkan ini pada Gugi. “Aku melihat Teba ikut terjaring,” katanya sedih. “Aku harus menolongnya! Apapun akan kulakukan! Aku tidak mau lagi hidup santai, aku mau persahabatanku dengan Teba kembali! Gimpo, kau gurita yang cerdik, tolong ajari aku cara untuk menolong Teba,” mohon Gugi.
Sebagai permulaan, Gugi membiarkan dirinya ikut terjaring oleh kapal yang menangkap Teba. Setelah itu, diam-diam dia keluar dari ember tangkapan, menyembunyikan dirinya dengan cerdik. Untung saja Gugi berhasil menemukan Teba. Dia lalu membebaskan Teba. Setelah itu Gugi menceburkan diri ke laut bersama Teba dan ikan-ikan Medi yang dibebaskannya dari jaring, setelah sebelumnya melihat manusia membukanya.
“Gugi, terima kasih! Kau benar-benar luar biasa! Maaf, aku sudah berkata jelek padamu!” kata Teba terharu. “Maafkan aku juga yang selama ini malas, Teba. Kau benar, Gimpo benar. Kita harus siap menghadapi kesusahan. Kita harus menghadapinya dengan berani dan pantang menyerah!” kata Gugi.
Penghuni Medi terpukau akan keberanian Gugi si gurita yang terkenal tukang tidur dan malas. “Hebat sekali, Gugi. Kau membuatku terkejut! Mulai sekarang aku tidak akan lagi mengataimu pemalas dan tukang tidur! Bagaimana kalau kau ikut lomba bersembunyi? Aku pasti akan sangat terhibur. Kau akan jadi lawan yang sulit!” kata Gimpo bersemangat. “Tentu saja Gimpo, sebagai tanda terima kasih padamu aku akan berusaha keras!” ujar Gugi menerima usul Gimpo, yang telah menjadi sahabatnya juga.