Hotel Kilau Merah

  • Cerita: Seruni
  • Ilustrasi: Novi Chrisna
  • Translator: Listya Natalia Manopo
Kamis, 25 April 2024
Hotel Kilau Merah
Hotel Kilau Merah
A A A

Beberapa bulan yang lalu, Bibi Mira, adik Mama Ana, menghubungi Mama Ana, mengajaknya untuk menginap bersama di luar kota. Mama bertanya apakah Ana mau. “Mau dong Ma, aku bisa ketemu sama Lina!” kata Ana antusias.

Lina adalah anak perempuan Bibi Mira, yang berarti dia adalah sepupu dari Ana. Lina jauh lebih muda dari Ana, tapi Ana sangat kagum pada Lina. Lina pandai menggambar dan dia punya akun di media sosial. Lina juga pandai bercerita, dan dia pintar membuat cerita seram.

Setiap hari Kamis malam, Lina selalu membuat konten video cerita seram yang dia gambar dan narasikan sendiri. “Aku ingin tahu bagaimana Lina bisa membuat cerita-ceritanya yang seram itu,” kata Ana.

Bibi Mira dan Lina sepakat untuk bertemu dengan Ana dan Mamanya di stasiun kereta dan setelah itu pergi bersama ke Hotel Kilau Merah yang ada di luar kota.

Ketika Bibi Mira dan Lina tiba, Ana segera menyapa Bibi Mira lalu setelah itu menyapa Lina, “Hai, Lina! Kak Ana ini suka sekali konten-konten buatanmu! Bagaimana bisa mendapat ide sehebat itu untuk cerita-ceritamu?” kata Ana. “Makasih, Kak Ana. Nanti setelah sampai di Hotel Kilau Merah, aku kasih tahu ya,” kata Lina penuh rahasia dengan gaya yang lucu. “Oke!” ucap Ana tersenyum lebar.

Hotel Kilau Merah adalah hotel tua yang sudah dipugar menjadi lebih baru. Lobi hotel nyaman dan indah. Tapi anehnya, ketika Ana keluar dari lift untuk pergi ke kamar tempat keluarga mereka menginap di lantai 4, suasana berubah.

Entah kenapa, sepertinya lorong lantai 4 ini tidak nyaman. Rupanya, Lina menyadari apa yang Ana rasakan dan dia berkata, “Suasananya menyeramkan ya, Kak Ana?” Ana menengok ke arah Lina. “Iya betul! Jangan-jangan ada apa-apanya? Wah, bisa dijadikan ide buat konten Lina, nih!” canda Ana. “Iya, Kak Ana, memang ada apa-apanya kok,” kata Lina sambil tersenyum yakin. Apa maksud Lina?

Malam harinya, Ana yang merasa lapar memesan makanan melalui room service. Ketika membuka pintu untuk menerima makanan, Ana terkejut melihat Lina berdiri sendirian di sudut lorong dekat jendela. Rupanya, Lina sedang menggambar.

“Wah, Lina membuat konten, ya? Totalitas, nih!” kata Ana kagum. “Aku sedang melukis teman baruku, Kak Ana. Tapi, dia sekarang sudah pergi. Ini dia,” kata Lina menunjukkan buku gambarnya.

Ana terkejut melihat gambar Lina. Walaupun gambar Lina lucu khas anak-anak, tapi itu tak mengurangi rasa seramnya. Lina menggambar seorang wanita dengan rambut panjang dan pakaian putih penuh bercak merah, mirip darah.

“Kak Ana, besok mau temani aku ke kolam renang?” tanya Lina. Tanpa ragu, Ana berkata mau, dan segera kembali ke kamar. Dia tidak bisa makan karena memikirkan gambar Lina.

Keesokan harinya, Ana menemani Lina ke kolam renang. Kolam renang sepi dan hanya ada seorang anak yang lebih kecil dari Lina bermain di tepinya. “Kak Ana, Lina tidak pernah susah mengarang cerita seram, karena Lina dengar sendiri dari teman-teman Lina,” kata Lina.

“Teman-teman Lina itu siapa?” tanya Ana. Tiba-tiba, terdengar suara jeritan. Rupanya, anak kecil yang tadi bermain di pinggir kolam renang terjatuh ke bagian yang dalam di kolam!

Si anak tidak bisa berenang. Ana segera menceburkan dirinya ke kolam dan menolong anak itu. Orang-orang berdatangan dan membantu Ana menaikkan si anak. Mereka berterima kasih pada Ana.

“Kak Ana hebat, aku tahu kakak pasti bisa menolong!” seru Lina. Ana yang bingung dan berbalut handuk bertanya apa maksud perkataan Lina. “Teman baru Lina yang digambar kemarin bisa melihat kejadian ini. Dia bilang padaku untuk bawa orang yang bisa berenang,” kata Lina yakin. Ana hanya bisa terdiam.

Setiap melihat konten video yang dibuat Lina di akun media sosialnya, Ana selalu teringat akan kejadian di kolam renang itu. Subscriber dari channel Lina terus bertambah. Mereka memuji ide-ide Lina yang cemerlang.

“Seperti benar-benar terjadi!” komentar seorang subscriber Lina. Mama Ana yakin kalau tidak ada hal aneh di kolam renang. “Yang penting anak itu selamat, dan Mama bangga sama Ana,” kata Mama. Ana memilih untuk percaya pada Mama.