Kompleks Bukit Indah

  • Cerita: Seruni
  • Ilustrasi: Novi Chrisna
  • Translator: Listya Natalia Manopo
Kamis, 29 Februari 2024
KompleksBukitIndah
KompleksBukitIndah
A A A

Setelah lebih dari 6 tahun lamanya selalu kebanjiran di rumah, akhirnya Lidia bisa tersenyum lebar karena sekarang dia dan keluarganya pindah ke rumah baru.

Lidia memberitahukan kabar gembira ini pada teman-teman sekolahnya, yang selalu prihatin karena Lidia sering sekali kebanjiran.

“Rumahku yang sekarang letaknya tinggi. Lingkungan perumahanku dulunya bukit,” jelas Lidia. “Jadinya kamu nggak perlu takut kebanjiran, ya! Akhirnya bebas!” kata Mirna teman Lidia.

“Eh Lidia, perumahanmu itu kompleks Bukit Indah, ya?” tanya Ben, seorang teman Lidia yang lain. “Iya,” jawab Lidia. “Kayaknya tetanggaku dulu pernah pindah ke sana, tapi terus pindah lagi. Ada kejadian aneh, aku lupa apa itu,” kata Ben sambil menggaruk kepalanya, berusaha mengingat. Lidia dan Mirna saling berpandangan, bingung.

Hari Minggu, Lidia mengajak jalan-jalan Hitam, anjingnya. “Wah, masih banyak rumah kosong ya, Hitam!” kata Lidia melihat sekelilingnya.

Rumah-rumah kosong itu berjejer rapi, semuanya tampak terawat. Tapi, tiba-tiba Hitam menggonggong keras di rumah deretan terakhir sebelum belokan.

“Hei, Hitam! Kamu kenapa?” tanya Lidia khawatir. Karena Hitam bertingkah aneh, Lidia tepaksa membawanya menjauh dari rumah kosong yang digonggonginya. Apa yang sebetulnya terjadi?

Keesokan harinya di sekolah, Lidia menceritakan pengalaman anehnya pada Ben dan Mirna. “Pokoknya, Hitam menggonggong marah, lalu ketakutan,” kata Lidia.

Ben yang tadinya terdiam tiba-tiba berwajah ketakutan. “Jangan-jangan di dalam rumah itu...ada keris keramat!” seru Ben. “Apaan, sih?” tanya Lidia dan Mirna.

“Aku ingat sekarang, kenapa tetanggaku buru-buru pindah dari kompleks Bukit Indah...dia diteror keris keramat!” kata Ben.

Lidia dan Mirna tertawa. Mereka menganggap itu cerita bohong. “Lebih menyeramkan banjir,” kata Lidia.

Tapi, ketika Lidia pulang sekolah, sore hari itu ada kejadian yang tidak masuk akal. “Lho, mati lampu?” gumam Lidia. “Iya, Non, sudah dari tadi, setelah Non pergi ke sekolah dan Bapak-Ibu berangkat ke kantor,” kata Bi Ijan, asisten rumah tangga Lidia.

Yang aneh adalah, tetangga-tetangga Lidia tidak mengalami mati lampu, hanya rumah Lidia yang lampunya mati.

Bi Ijan sudah mengecek sekring listrik, dan tidak ada yang aneh. Tiba-tiba, lampu menyala dan bersamaan dengan itu, Hitam menggonggong keras, gonggongan marah seperti yang dia keluarkan waktu melihat rumah kosong!

Dan tiba-tiba, tercium bau melati. Bi Ijan juga mencium bau itu. Lampu kemudian meredup. Gonggongan Hitam bertambah keras, dan setelah itu, dia mendengking ketakutan.

Lidia segera pergi ke kandang Hitam. Di dekat kandang, dia menginjak sesuatu. Ketika Lidia melihat ke bawah, dia menjerit kaget. Yang diinjaknya adalah sebuah keris!

Benar-benar aneh dan mengerikan. Lampu kembali mati dan bau melati semakin menusuk.

Lidia membebaskan Hitam dan kemudian berlari keluar rumah, sambil berteriak ketakutan, “Ada keris! Ada keris!”

Bi Ijan ternyata tahu tentang cerita keris keramat kompleks Bukit Indah. “Perlakukan dengan hormat saja, Non,” kata Bi Ijan. Bi Ijan bilang dia sudah mengurus keris yang ada di dalam rumah, jadi Lidia tidak perlu takut.

Entah keris itu lelucon atau bukan, yang jelas Lidia tidak ingin lagi mengingat pengalaman menyeramkan yang dialaminya. Dia juga tidak berani bercerita pada Ben dan Mirna.