Lina yang Pendek

  • Cerita: Seruni
  • Ilustrasi: Agung Hari Parjoko
  • Translator: Listya Natalia Manopo
Kamis, 25 Januari 2024
Lina yang Pendek
Lina yang Pendek
A A A

“Lina, lihat deh foto kita sudah jadi!” seru Sara, teman Lina. “Asyiik!” ujar Lina bertepuk gembira. “Aku juga mau lihat!” kata Wini, teman Lina yang lain. Ketika Lina melihat foto, dia langsung murung. 

“Kamu kenapa, Lina? Fotonya kan bagus! Kamu keren deh di foto,” kata Sara. “Iya, kamu kenapa, sih?” tanya Wini penasaran. “Coba lihat tinggi badanku! Kalian berdua tinggi kenapa aku pendek banget, sih?” keluh Lina. “Haduh Lina, lagi-lagi masalah tinggi badan! Cape ah,” kata Sara. “Kalau begini terus, nanti kita jadi takut foto sama kamu!” ucap Wini tertawa geli.

Lina, Wini, dan Sara sudah berteman dari kecil. Waktu masih kecil dulu, tinggi mereka sama. Setelah beranjak besar, Wini dan Sara jadi lebih tinggi dari Lina. Wini dan Sara menghibur Lina, mengatakan padanya kalau Lina punya prestasi akademik yang lebih baik dari mereka berdua. Tapi, tetap saja Lina ingin tubuhnya tinggi!

Ketika Lina pulang sekolah, dia melihat Kak Lisa, kakaknya, sedang berusaha menggapai sebuah buku yang disimpan di lemari. “Aduh, siapa sih yang menyimpan buku yang kubaca  disini,” gerutu Kak Lisa. Lina menghela napas sedih, Papa dan Mama juga harus menggunakan undakan untuk menggapai buku yang tersimpan di lemari. “Kak, kenapa ya keluarga kita semuanya pendek?” keluh Lina. “Yah, mau bagaimana lagi? Pasrah saja,” kata Kak Lisa.

Tidak mau menyerah, Lina mencari tahu semua informasi tentang tinggi badan. Akhirnya, dia menemukan sesuatu yang menarik. “Ternyata, tinggi badan masih bisa bertambah di usia 13 sampai 17 tahun! Usiaku 14 tahun sekarang, jadi masih ada kemungkinan bertambah tinggi!” kata Lina bahagia.

Lina lalu memberitahu kabar bahagia ini pada Sara dan Wini. “Kami juga punya kabar lagi buatmu, Lina. Ada olahraga yang bisa membuat tinggi badanmu bertambah,” kata Wini dan Sara. “Hah?” kata Lina terkejut. Tidak seperti Sara dan Wini yang jago olahraga, Lina hanya memperoleh pencapaian yang biasa saja di bidang itu.

“Kalian kan tahu aku tidak suka olahraga,” kata Lina. “Kau tidak suka karena belum menemukan olahraga yang cocok untukmu,” ujar Sara. “Lina, kamu suka pergi ke pantai kan? Bagaimana kalau kau ikut ekstrakurikuler berenang?” usul Wini. “Berenang bisa menambah tinggi badan?” tanya Lina. “Betul sekali!  Dan olahraga bisa membuat badanmu sehat!” jawab Wini dan Sara.

“Wah, Mama senang kamu mau ikut pelajaran olahraga,” kata Mama pada Lina sewaktu Lina mengatakan keinginannya untuk ikut ekstrakurikuler berenang di sekolah. “Iya, kamu kan sering sakit karena tidak suka olahraga,” kata Kak Lisa. “Sebetulnya, Lina ingin menambah tinggi badan,” kata Lina jujur. “Ya, berenang memang bisa membuatmu tinggi, tapi ada faktor lainnya. Kamu juga harus makan makanan sehat, bergizi, dan tinggi kalsium. Lalu istirahat cukup,” tambah Papa.

“Tapi Pa, katanya kalau di keluarga kita lebih banyak yang pendek, kita tidak akan jadi tinggi, betulkah itu?” tanya Lina. “Mungkin juga, tapi seandainya itu benar, banyak keuntungan yang bisa kamu peroleh dari berolahraga,” jawab Papa. “Oh iya Lina, coba lihat ini,” kata Mama sambil menunjukkan sebuah foto di gadget pada Lina.

Foto itu foto keluarga Mama. Ada seorang wanita dengan tubuh yang tinggi. “Itu adik Mama,” kata Mama. Lina tersenyum senang. “Berarti ada kemungkinan nama panggilanku berubah jadi Lina yang tinggi!” kata Lina gembira. Papa, Mama, dan Kak Lisa tertawa senang, lalu memberi semangat pada Lina.