Lukisan Tua

  • Cerita: Seruni
  • Ilustrasi: Novi Chrisna
  • Translator: Listya Natalia Manopo
Kamis, 01 Februari 2024
Lukisan tua
Lukisan tua
A A A

Ada yang berubah dari Kak Mila, kakak Irna. Sejak ikut kegiatan melukis, dia jadi senang melihat pameran lukisan dan mencari-cari informasi tentang para pelukis terkenal dari internet. Suatu hari, Kak Mila berkata kalau dia ingin sekali punya lukisan tua. “Punya lukisan tua itu kebanggaan tersendiri buat Kakak dan teman-teman yang ikut kelas melukis,” jelas Kak Mila ketika Irna bertanya kenapa.

Suatu hari, dari jendela kamarnya, Irna melihat mobil box berhenti di luar rumah dan tak lama kemudian dia melihat dua orang membawa sebuah barang besar berbentuk segi empat. Rupanya, kiriman itu adalah lukisan untuk Kak Mila.

“Temanku menjualnya dengan harga murah, untung sekali, ya?!” kata Kak Mila senang. Lukisan yang dibeli Kak Mila adalah lukisan cat minyak bergambar anak kecil. “Kak, apakah ini lukisan potret diri?” tanya Irna. “Aku tidak tahu, tapi sepertinya begitu. Teman Kakak yang menjual lukisan ini juga tidak tahu. Tapi anak ini cantik, ya? Lukisannya bagus,” jawab Kak Mila.

Entah kenapa, Irna agak takut dengan lukisan tua itu. Mungkin karena dia sering mendengar dari temannya kalau lukisan dengan objek orang, biasanya menyimpan separuh dari jiwa orang itu. Kak Mila memutuskan untuk menggantung lukisan tua si anak kecil di dinding selasar, di sebelah kanan kamar Irna.

Malam harinya, Irna terbangun, dan mendengar suara tangisan. Mulanya Irna mengira kalau itu suara dari televisi. Tapi kemudian dia melihat jam dinding. Ini jam 2 dini hari! “Tidak mungkin Kak Mila atau Papa dan Mama menonton televisi sampai jam 2!” gumam Irna bingung. Setelah mendengarkan lebih fokus lagi, Irna baru sadar kalau suara tangisan itu berasal dari balik pintu kamarnya! Dan tiba-tiba, tangisan yang didengar Irna berhenti.

Pagi harinya,  Irna bingung melihat genangan air di lantai depan pintu kamarnya. Irna menengok ke sebelah kanan ke arah kamar mandi, berpikir kalau jangan-jangan air keran bocor. Irna kaget melihat Kak Mila berdiri di depan lukisan tua dan memegang lukisan itu dengan wajah bingung. “Kak Mila, ada apa?” tanya Irna. “Aneh, lukisan ini kok bisa basah, ya? Tapi basahnya hanya di kedua mata anak kecil ini saja,” jelas Kak Mila. Irna tertegun, dia langsung mengingat kejadian malam kemarin. Irna langsung bercerita pada Kak Mila. “Yang benar saja?!” seru Kak Mila tidak percaya. “Kak, coba lihat genangan air ini! Asalnya dari lukisan bukan dari kamar mandi!” kata Irna menunjuk genangan air di depan kamarnya. Kak Mila melihat genangan air itu dan terdiam. “Iya...” bisik Kak Mila.

Kak Mila memutuskan tidur di kamar Irna untuk mendengar sendiri suara tangisan yang didengar Irna. Dan suara tangisan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras dari yang didengar Irna. Kak Mila mencoba merekam suara itu, tapi dia tidak berani membuka pintu kamar, begitu juga dengan Irna. Keesokan paginya, genangan air merembes masuk ke lantai kamar Irna, dan kali ini yang memandangi lukisan itu dengan bingung adalah Papa dan Mama.

Kak Mila bermaksud untuk menanyakan lukisan tua itu pada temannya. Tapi teman Kak Mila menghubunginya lebih dulu. Teman Kak Mila bertanya apakah ada kejadian aneh setelah lukisan dipajang, dan Kak Mila menjawab ada. Rupanya, Nenek teman Kak Mila ini berpesan agar lukisan tua itu harus disimpan, dan teman Kak Mila tidak mengetahui hal ini. Jadi, teman Kak Mila minta maaf dan bermaksud mengambil kembali lukisan tua itu. Dia juga akan mengembalikan uang Kak Mila. Tentu saja Kak Mila dan Irna tidak keberatan!

Setelah lukisan diambil kembali, Irna mencoba mendengarkan rekaman suara tangisan yang direkam Kak Mila, tapi di rekaman itu tidak terdengar apa pun. “Yah, lebih baik seperti itu,” kata Kak Mila, lalu menghapus rekaman suara itu.