Misteri Ayunan Taman
- Cerita: Seruni
- Ilustrasi: Novi Chrisna
- Translator: Listya Natalia Manopo
Nina dan Dina sedang pergi ke sebuah mal baru yang sedang ramai dibicarakan orang dan terkenal di media sosial. “Aku tidak heran kenapa mal ini terkenal,” kata Nina ketika dia dan Dina sudah berada kira-kira 1 jam di mal itu. “Iya, tempatnya bagus sekali, bisa buat foto-foto!” tambah Dina.
Ketika waktu makan siang tiba, Dina dan Nina pergi ke pujasera yang ada di mal itu. Cukup repot juga mencari tempat duduk, tapi untung saja Dina dan Nina menemukan tempat duduk yang sebelah kirinya menghadap langsung ke daerah terbuka. Rupanya, daerah itu adalah bagian belakang mal yang masih berupa lahan berumput.
Tak lama kemudian, Dina dan Nina sudah selesai makan. “Eh Nina, coba lihat itu! Ada taman,” kata Dina. Nina segera mengikuti arah pandang Dina. Setelah diperhatikan benar-benar, ternyata ada sebuah taman di lahan berumput belakang mal, dan ada ayunan di taman itu. Tapi entah kenapa ada yang aneh dengan ayunan itu. Mungkin karena letaknya yang benar-benar persis di tengah taman yang berbentuk bujur sangkar.
Nina mengutarakan pendapatnya pada Dina. “Kau benar Nina, entah kenapa seakan-akan ayunan itu sengaja ditinggalkan disana,” tambah Dina. Dia lalu menunjukkan sebuah gambar dari internet. Itu gambar peta lokasi mal dan rencana pembangunan di sekitarnya nanti. “Perhatikan kotak merah ini, ini taman dengan ayunan itu,” kata Dina pada Nina. “Iya jelas sekali taman ini bukan daerah yang akan dibangun nanti. Aneh ya...kok aku jadi berpikir ada sesuatu yang menakutkan...” gumam Nina.
Dina dan Nina memutuskan untuk mengunjungi taman itu. Waktu di gadget Dina menunjukkan pukul 5 sore. “Nina, rupanya pintu taman ini terkunci,” kata Dina. Dina dan Nina berdiri di luar taman, memandangi ayunan di dalam taman. Ketika keduanya hendak beranjak pergi, terdengar suara mengejutkan. “Dina, lihat gemboknya lepas!” kata Nina sambil menunjuk ke arah pintu masuk taman.
Seharusnya Dina tahu, bahwa gembok itu tidak mungkin lepas, tapi rasa penasaran membuatnya melupakan rasa takut. Dina dan Nina mendekati ayunan. Rupanya, ayunan itu sudah tua. Catnya mengelupas dimana-mana dan ada karat di besinya. Nina melihat Dina mengambil foto ayunan tua itu.
Kemudian, Nina melihat sebuah pergerakan dari sudut matanya. Ayunan tua itu bergerak dengan sendirinya. Padahal tidak ada angin sama sekali. Dina dan Nina menjerit kaget lalu berlari ke luar taman. Mereka berlari sampai lingkungan mal dan duduk lemas di sebuah kursi restoran. “Dina...kau lihat juga, kan?” bisik Nina. Dina mengangguk dengan wajah pucat.
Rupanya, Dina sudah menghapus foto ayunan itu dari gadgetnya. “Padahal sudah ada berita soal ayunan dan taman dekat mal itu di media sosial,” kata Nina. Menurut seorang pengguna media sosial, taman dan ayunan yang menyeramkan itu sudah berkali-kali dibongkar tapi selalu ada kejadian aneh. Akhirnya para pekerja menyerah, dan memutuskan untuk membiarkan taman dan ayunan itu. “Aku tidak peduli,” kata Dina menggelengkan kepalanya. “Kau benar Nina, lain kali kita jangan terlalu ingin tahu kalau tidak mau mendapat pengalaman buruk,” kata Dina lagi.