Uji Nyali

  • Cerita: Seruni
  • Ilustrasi: Novi Chrisna
  • Translator: Listya Natalia Manopo
Selasa, 23 Januari 2024
Uji Nyali
Uji Nyali
A A A

“Dina, temenin aku, dong!” minta Heni, sahabat Dina pada suatu hari ketika mereka pulang sekolah. “Aku selalu siap kalau buat Heni,” kata Dina sambil mengacungkan jempolnya. “Asyiik! Tapi... kali ini permintaanku agak aneh, jangan marah, ya,” kata Heni. “Memangnya kamu mau kemana?” tanya Dina bingung. “Ke sini,” jawab Heni sambil menunjukkan sebuah foto. Foto itu adalah rumah kosong yang menyeramkan. Julukannya rumah orbs, atau bola arwah.

Rumah orbs akhir-akhir ini ramai dibicarakan di media sosial. Permulaannya begini, pada suatu hari ada seorang anak yang lewat di depan rumah itu dan dia mengambil foto dengan kamera gadgetnya. Hasil fotonya menangkap sesuatu yang menyeramkan. Tiga bola cahaya terlihat melayang dari jendela rumah. Lalu banyak warganet yang mengatakan kalau cahaya itu adalah orbs atau bola arwah!  

Sejak itu, banyak sekali pemilik akun media sosial yang mencoba pergi ke rumah kosong itu untuk uji nyali. Heni, yang akun media sosialnya punya banyak pengikut, tidak mau ketinggalan juga. Sebetulnya Dina takut. Tapi karena ini permintaan Heni, apa boleh buat.

Akhirnya, pada hari Sabtu malam, Dina menemani Heni pergi ke rumah kosong untuk uji nyali. “Duh, seru bangeeet!” bisik Heni gembira. Jujur Dina heran juga melihat tingkah sahabatnya itu, tapi bagusnya semangat Heni jadi membuatnya berani. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang anak yang memanggil-manggil sebuah nama.

“Piko..! Piko! Kamu dimana?” Si anak lalu melihat Heni dan Dina. “Apa kalian melihat kucing hitam dengan kalung merah? Kalau iya, tolong hubungi aku ya...” mohon si anak. Dina yang kasihan setuju bertukar nomor gadget dengan anak itu, yang bernama Lisa.

Tak lama kemudian, Dina dan Heni sampai di rumah Orbs. “Heni! Pintu pagarnya terbuka...,” bisik Dina. “Kita bisa masuk!” kata Heni sambil memegang tangan Dina. Perlahan tapi pasti, Dina dan Heni masuk ke rumah orbs. Ketika masuk ke dalam rumah kosong itu, Dina merasakan hal yang aneh, rasanya dia seperti sedang diawasi....Lalu dia mendengar sesuatu, seperti suara bisikan yang mengatakan ‘Piko ada’.

“Heni, kamu bilang apa?” tanya Dina. “Eh? Aku nggak bilang apa-apa kok,” jawab Heni. Heni mulai mengambil foto dengan gadgetnya, dan setelah itu mengajak Dina keluar. Tapi Dina diam saja. Entah kenapa dia teringat Piko si kucing. Piko ada. BRAK! Sebuah suara membuat Dina dan Heni menjerit kaget. “Meong...” seekor kucing hitam dengan kalung merah keluar dari dalam sebuah kardus. “Lho.. ini kan Piko!?” seru Heni.

Akhirnya, uji nyali Dina dan Heni berakhir biasa saja. Tidak ada satu pun orbs yang terlihat di hasil foto Heni. “Ya setidaknya, kita menemukan Piko si kucing dan mengembalikannya pada Lisa,” kata Heni. “Dan di luar dugaan, foto Piko yang kau ambil disukai oleh pengikutmu,” tambah Dina tertawa geli.

“Eh, Dina waktu itu aku mengajakmu keluar, kok kamu diam saja?” tanya Heni penasaran. Dan Dina pun menceritakan suara aneh yang didengarnya. Mendengar cerita Dina, Heni hanya bisa terdiam. Lalu dia berkata, “Dina...kau tahu? Ternyata orbs itu bisa saja debu, bukan bola arwah. Tapi suara aneh...belum pernah ada penjelasan ilmiahnya! Jadi kita harus ke rumah kosong itu lagi!” Mendengar perkataan Heni, Dina hanya bisa menepuk dahinya, putus asa. “Aduuuuuh, Heni...”