Ular Hitam
- Cerita: Seruni
- Ilustrasi: Novi Chrisna
- Translator: Listya Natalia Manopo
Helga sangat menyukai lingkungan kompleks perumahan tempat dia dan keluarganya tinggal. Masih banyak pohon-pohon hijau sehingga udara terasa sangat segar!
Helga sering membanggakan ini kepada teman-teman sekolahnya. “Karena itulah aku, Papa, Mama, dan Kakak selalu rajin jalan pagi kalau hari libur,” kata Helga pada Lita dan Sari, sahabatnya. “Kalau begitu, kapan-kapan kita menginap di rumahmu ya, biar bisa jalan pagi bareng!” usul Lita dan Sari. “Ayo, dong!” seru Helga antusias.
Seminggu kemudian, Lita dan Sari menginap di rumah Helga. Kebetulan Ayah dan Ibu Helga sedang dinas ke luar negeri. Dan Kakak Helga sudah memulai kuliahnya di luar kota.
Helga hanya tinggal bersama Bi Nurah, asisten rumah tangga yang sudah seperti keluarga. “Makasih ya, karena kalian datang, Bi Nurah dan aku jadi nggak kesepian!” kata Helga pada Lita dan sari. “Sama-sama, Helga!” kata Lita.
“Eh, ngomong-ngomong...tadi waktu mau ke rumahmu ...aku dan Lita melihat hal aneh...ada ular!” kata Sari. “Hah? Di kompleks ini? Masa sih?” tanya Helga. “Iya, aku juga lihat,” tambah Lita. Helga bingung. Menyadari hal itu, Lita dan Sari tertawa, dan berkata pada Helga bahwa jangan dibuat pusing, lupakan saja.
Keesokan harinya Helga, Lita, dan Sari jalan pagi bersama. Mereka berjalan sambil berbincang-bincang. Suasana ceria dan gembira. Tiga sahabat itu sampai ke daerah yang masih banyak tanah kosong. Di situ belum banyak dibangun rumah. “Ayo kita pergi, di sini jalan buntu,” ajak Helga.
Tiba-tiba, sesuatu menarik perhatian Helga. Arahnya dari semak-semak. Seekor ular hitam menjulurkan kepalanya...dan seolah-olah memandang ke arah Helga. Helga hanya bisa terdiam saking kagetnya. Terdengar suara teriakan ngeri dari belakang Helga. Helga menengok ke belakang. Rupanya itu Teriakan Lita dan Sari yang ketakutan sambil menunjuk ke arah si ular. Ketika Helga melihat ke arah si ular lagi, binatang itu sudah tidak ada. Helga, Sari, dan Lita segera berlari pergi dari situ.
Karena kaget bertemu dengan ular, Helga, Lita, dan Sari tidak meneruskan jalan pagi mereka. Ketika kembali ke rumah Helga, ada sesuatu terjadi di rumah seberang. Sebuah dump car berhenti di sana. Banyak orang berkumpul, termasuk Bi Nurah.
“Ada apa, Bi?” tanya Helga. “Ada yang melihat ular masuk ke saluran air rumah, Non. Ular hitam katanya!” jawab Bi Nurah. Mendengar itu, Helga, Lita, dan Sari pucat ketakutan. Helga mengajak Sari dan Lita masuk ke rumahnya, dan kedua sahabatnya itu menurut.
Setelah satu jam berlalu, akhirnya dump car pergi dan kerumunan orang membubarkan diri. “Gimana Bi, ada ular?” tanya Helga. “Tidak ada, Non,” jawab Bi Nurah. Helga lalu bercerita tentang pertemuan mereka dengan ular yang juga hitam.
Sebagai respons dari cerita Helga, Bi Nurah berkata, ”Dulu Bibi pernah dengar cerita, katanya sebelum jadi perumahan, wilayah ini masih hutan. Menurut penduduk asli, hutan ini dijaga oleh seekor ular hitam. Nah, ada kemungkinan ular hitam yang bertemu Non Helga dan yang masuk ke rumah itu si penjaga, habis dia cepat menghilang, kan?”
Entah apakah Helga, Lita, dan Sari harus percaya dengan cerita Bi Nurah. “Menurutku, kita harus selalu menjaga pohon dan tanaman supaya terus menerus ada. Lagi pula banyak pohon, berarti bagus untuk kesehatan!” kata Helga pada Sari dan Lita. “Kami setuju. Tapi Helga, kalau lain kali jalan pagi di tempatmu lagi, jangan jalan di tempat yang masih banyak tanah kosongnya, ya?” kata Sari dan Lita. “Setuju!” angguk Helga.